Senin, 13 Februari 2017

REVIEW BUKU



REVIEW BUKU
“PEMIMPIN CINTA: Mengelola Sekolah, Guru Dan Siswa dengan Pendekatan CINTA”



 A.    Identitas Buku
Judul               : Pemimpin Cinta: Mengelola  Sekolah, Guru dan Siswa dengan  Pendekatan Cinta 
No. ISBN        : 9789794338735 
Penulis             : Edi Sutarto 
Penerbit           : Kaifa (PT Mizan Pustaka) 
Kota Terbit      : Bandung 
Tahun Terbit    : 2015Jumlah
Hal.                 : 394 halaman 
Kategori          : Inspirasional 
Harga              : Rp. 79.000

B.     Tentang Penulis
EDI SUTARTO adalah seorang praktisi pendidikan. Dia pernah menjabat sebagai Kepala SMA Islam Al-Izhar Pondok labu, Jakarta Selatan sejak 1998 hingga 2004. Tahun 2008-2010 menjabat sebagai Program Officer Yayasan Cahaya Guru (YCG). Sejak 2000 hingga kini aktif sebagai konsultan pendidikan dan motivator pendidik. Materi pelatihan dan motivasi yang penah dibawakannya di seantero Indonesia antara lain Manajemen Pendidikan,  Manajemen Kelas, Metode Pembelajaran Kreatif, Pentingnya Bahasa Tubuh dalam Pembelajaran, Menulis itu Mudah, Display Kelas, Perencanaan dan Evaluasi Pembelajaran Kekinian, 5 R, Proyek dalam Pembelajaran, Kepemimpinan, Manajemen Konflik, Komunikasi Bisnis, Komunikasi Efektif, Tim Dinamis, Delapan Standar Nasional Pendidikan, Guru Cinta, dan Pemimpin Cinta. Tahun 2004-2010 menjadi dosen  di Universitas Negeri Jakarta, Universitas Multimedia Nusantara, Prasetia Mulya Bussines School, dan Universitas Trisakti. Sekarang sebagai kandidat Doktor Pendidikan Bahasa UNJ. Sejak 2011 hingga kini menjabat sebagai Direktur Sekolah Islam Athirah.


C.    Isi Buku
Buku Pemimpin Cinta menuturkan banyak pelbagai persoalan pendidikan yang dialami Pak Edi ketika menjadi direktur di Sekolah Islam Athirah milik Yayasan Kalla, dan korelasi dengan cinta, agama serta budaya sebagai garda depan untuk menyelesaikan persoalan. Edi Sutarto yang pernah menjadi dosen apresiasi drama di UNJ serta aktor Teater Koma, menulis Pemimpin Cinta tentang bagaimana mengelola sekolah, mengelola guru, mengelola siswa serta mengelola orang tua dengan pendekatan cinta.
1.      Berawal Dari Akar
Akar adalah sumber kehidupan dan kekuatan dari sebatang pohon, pohon yang berbatang kokoh tentu bermula dari akar yang sehat, baik dan kuat. Ini merupakan awal yang baik sebab yang tertanam  di dada adalah “apa yang bisa saya berikan untuk sekolah?” bukan sebaliknya. Niat demikian merupakan niat yang mencerminkan cinta dan awal dari usahakerja keras untuk menggapai target yang di cita-citakan secara optimal. Pemimpin meski jadi teladan karena memimpin adalah pembuktian pelaksananaan gagasan dan kata-kata agar orang lain tergerak lantaran esensi dari memimpin adalah menggerakkan orang lain. Pak Edi yang menjabat sebagai direktur sekolah athirah ingin menjadikan sekolah athirah menjadi sekolah model, baik di tingkat regional maupun nasional. untuk mencapai tujuan tersebut saya sadar bahwa sukses sekolah  tergantung pada investasi dan aset yang dimiliki.
Guru adalah aset utama yang harus dimanusiakan dengan pengembangan kemampuan profesionalnya melalui berbagai program sebagai investasi. sekolah jika ingin sukses harus menjawab beberapa hal, yakni (1) problem solving merancang dan menghasilkan produk/program yang berkualitas, (2) memasarkan produk/program sekolah sejak hari pertama siswa belajar hingga hari akhir mereka belajar, people process philosophy.
Pak Edi menemukan arti kepemimpinan pada saat mengikuti UKM (Unit Kesenian Mahasiswa).  Pemimpin hakikatnya adalah bukan persoalan jabatan,tetapi menjawab persoalan-persoalan. Itulah mengapa tugas untuk memimpin adalah  mempengaruhi dan menggerakan orang lain agar mereka mau berpikir , bersikap, bertindak dan bertanggung jawab sesuai harapannya.  buah dari kesuksesan adalah kerja keras Perubahan di Athirah akan dimulai dari meningkatkan budaya disiplin dan karakter berbasis kearifan lokal.

2.      Memintal Rencana
Dalam saya memimpin sekolah athirah saya melakukan pendekatan cinta. di awal saya melakukan interaksi dengan pihak-pihak yayasan, guru-guru, siswa, penjual-penjual dekat sekolah agar saya lebih dekat dengan mereka dan menggali informasi terkait sekolah yang akan saya pimpin. Proses penyusunan strategi diawali dengan melaksanakan  diskusi dengan berbagai pemangku kepentingan lembaga termasuk pendiri, orang tua, para siswa, para guru dan masyarakat. Pendidikan yang akan dibangun harus mempersiapkan siswa menjadi calon pemimpin bangsa yang cerdas, berkarakter berbasis al-qur’an dan hadist. Bagaimana pun guru pada saat berada di hadapan siswa, harus memiliki keyakinan bahwa mereka kelak adalah pemimpin bangsa ini.
Dengan demikian perilaku guru adalah kualitas layanan terhadap para calon pemimpin bangsa ini. Lembaga pendidikan akan ditentukan keunggulannya dari kemampuan mengembangkan sikap mandiri, kreatif, inovatif, keberanian mengambil risiko dan profesionalisme. Proses pembelajaran di Athirah akan membangun kemandirian, kreativitas, inovatif, keberanian mengambil risiko dan profesionalisme dari siswanya. penekanan pada pembelajaran sekolah Athirah adalah dengan muatan membentuk jati diri siswa dengan karakter yang islami. juga diutamakn habluminallah dan habluminannas dengan keorganisasian dan leadership selain itu juga pengenalan dan  pembiasaan program-program yang membentuk jiwa entreupreneurship. Sosok guru harus menjadikan dirinya sebagai sosok yang “digugu” dan “ditiru” dengan konsepsee-do-get”. Guru harus selalu meningkatkan kinerjanya sehingga prestasi siwa dapat dicapai dengan optimal. Bila terdapat siswa yang berlomba/bertanding harus menemani dan mengantar langsung sampai acara selesai. Para orang tua diundang dalam pertemuan koordinasi di awal pertemuan koordinasi di awal persiapan hingga pelepasan. saat siswa menang, dirayakan bersama bila mereka kalah di rangkul mereka dan diberikan penguatan agar tidak berkecil hati
3.      Menyentuh Guru dan Karyawan
Morning Brieving merupakan agenda rutin di setiap paginya. Aktivitas setiap hari ini telah mampu menjadi cara paling efektif untuk menanamkan pola pikir efektif kepada karyawan dan guru. serta guru harus duduk di ruang guru pada pukul 06.45, masuk kerja lebih awal ini merupakan bentuk disipin profesional guru. karena ini guru-guru tidak ada yang datang terlambat ke sekolah.
Dalam melakukan coaching pada guru yang indisipliner harus dengan sepenuh cinta yang dilakukan adalah: (1) bertanya, bukannya memberitahu (2) mendengar, bukannya berbicara (3) mendayagunakan, bukannya mengarahkan (4) membuka polapikir bukan hanya sekadar skill. Dengan bertanya dan mendengarkan gurulah yang banyak bicara dan mengungkapkan kesulitan-kesulitannya. Pada hakikatnya guru paham tindakan indisipliner itu tindakan yang memalukan, namun mereka butuh teman diskusi yang dapat menampung berbagai sebab dan alternatif solusi lalu membantu mengeksekusinya. Karakter manusia itu terdapat 4 macam ialah (1) Sanguinis, sifat ramah, supel, cepat bertindak dan berhenti, mudah ganti halian mudah menerima kesan, suka menolong dan berpakaian modis. (2) Melankolis, sifat pesimistik, mudah kecewa, kurang percaya diri dan tidak mudah menerima keramahan orang lain (3) Flegmatis, sifat khas tenang, tekun dan tidak gapang terpengaruh (4) korelis, sifat khas optmistik, bersemangat, daya juang kuat dan mudah meluap perasaanya.
Untuk menghadapi orang yang sanguinis yaitu mengawali pembicaraan dengan kemodisan dan kehebatan-kehebatannya setelah itu baru dibicarakan persoalan yang sedang dihadapi. dalam mengahadapi karakter ini yaitu mengendalikannya melalui kontrol setiap saat. Bila berkarakter melankolis, memulainya dengan kisah-kisah inspiratif lalu berbicara persoalan langsung permasalahan. Menghadapi orang karakter flegmatis harus lebih banyak memotivasi berbicara detail sampai pada hal-hal yang kecil. bila karakter koleris, orang karakter ini yang dibutuhkan pengakuan pada kehebatannya. bukan menyanjung tapi mengakuinya secara proporsional setelah itu diakhiri dengan tantangan untuk kerja lebih cepat lebih baik.
4.      Menyentuh Siswa
Drama merupakan cara untuk meningkatkan kreativitas anak. Pendidikan karakter di sekolah bisa berbagai pendekatan, contohnya pembekalan melalui drama. pementasan drama adalah salah satu program yang dapatmemebangun karakter yang kuat bagi siswa. melalui pemenatasan drama, siswa mendapatkan pengalaman langsung dari banyak hal. Contohnya di TK cerita diambil bergenre fabel yaitu cerita yang para tokohnya hewan. Dalam cerita tersebut terdapat nilai-nilai moral yang dapat membangun karakter kuat untuk anak. Selain itu ada pembekalan melalui tahfidz yaitu aktivitasnya mengulang ayat-ayat yang di hafal, siswa tidak hanya berhenti pada kemampuan menghafal tetapi lebih tinggi yaitu memahami makna dari setiap ayat yang dihafalnya serta korelasinya dengan kehidupan.
Siswa dimotivasi dan diberi ruang untuk berbicara, sehingga memiliki kekuatan mental saat di forum-forum. Dalam forum tahfidz quran, siswa dimotivasi untuk mentadaburi setiap ayat yang dihafalnya. Di dalam forum salat, siswa dimpotivasi untuk berkultum dengan baik dan sistematis. Para siswa/ siswi juga menyepakati bentuk motivasi semangat melalui pemakaian pin perguruan tinggi pilihan dan properti karir yang tergantung di kamar-kamar tidur mereka, ini sangat menarik misalnya yang bercita-cita ingin jadi dokter di kamar mereka dipajang stetoskop dan jas dokter. Selama di sekolah, mereka sepakat berperilaku layaknya seorang dokter, begitu pula pada pilihan karir lainnya.
Kesuksesan dalam hidup adalah pilihan, maka sejak dini para siswa harus memilih suksesnya masing-masing. Para guru membimbingnya dengan opend mind dan program-program yang mampu membuka cakrawala kekehidupan yang lebih mengajak pada upaya untuk siap bertahan menghadapi kehidupan.
5.         Menyentuh Orang Tua Siswa dan Lingkungan
Menurut Prof. Dr. Arif Rahman, M.Pd., dalam membentuk anak agar ceradas berkarakter kuncinya adalah situasi. Dalam proses pembelajaran baik guru maupun orang tua harus menciptakan situasi yang menyenangkan. Situasi inilah yang membuka pintu transformasi kognitif dan afektif secara efektif kepada anak, caranya mudah: mulailah pembelajaran itu dengan Senyum, Salam, Sapa, Sabar, Semangat dan Syukur.
Sekolah yang maju adalah sekolah yang bergandengan tangan dengan para orang tua siswanya, meniti titian perubahan bersama. Di Athirah khususnya di TK, ada program sehari bersama ayah. Program ini adalah program penyadaran kepada kaum ayah bahwa mereka juga harus memberikan kontribusi yang proporsional kepada putra-putrinya dalam ranah pendidikan. Para ayah sehari ini melakukan kegiatan nyata bersama anak, misalnya sesi menggambar bersama anak. Akan tampak bentul, andaikan mereka jarang berkomunikasi di rumah, maka akan terjadi bukan segera menggambar tetapi mereka saling beradu argumentasi dengan sang anak. Bisa jadi hal ini, lantaran sang ayah mempertahankan egonya atau sebaliknya. Pesan moral yang ingin kami sampaikan dalam sesi tersebut adalah pentignya komunikasi efektif dan kerjasama antra ayah dan anak diakhir sesi, panitia memaparkan hasil pengamatan kinerja para ayah dalam komunikasi efektif dan kerjasama dengan orang tua putrinya yang cenderung masih harus diperbaiki. Terdapat juga sesi mengenakan sepatu dan mengenakan pakaian seragam anak. Program ini mampu menyentuh hati para ayah pada bagian yang paling dalam. Indikatornya, di kemudian hari bila ada momen-momen kegiatan besar bagi anaknya, tingkat kehadiran mereka frekuensinya sangat tinggi.
Bahkan bukan hanya kehadiran fisik semata, biasanya para ayah telah menyiapkan sekuntum bunga atau kado ditangannya. uasi pergelaran putra/ putinya mereka berhambur memeluk putra/putrinya sambil menyerahkan sekuntum bunga atau kado sebagai penghargaan. Momen semacam ini menjadi peristiwa yang mengaduk-aduk relung hati dan menyebabkan mengalirnya air mata. Inilah deposit cinta sang ayah yang di tanam pada putra/ putrinya. Peristiwa orang tua memberikan sekuntum bungan dan kado kecil usai putra/ putrinya tampil di pergelaraan tampaknya peristiwa kecil. Namun, saya yakin ini seupama efek kepakan sayap kupu-kupu di bantimurung. Saat sang kupu-kupu kecil mengepakan sayapnya memang terlihat sangat lembut, tetapi percayalah energinya mampu menggerakkan angin tornado beberapa tahun kemudian di daratan Arizona.
Di Tk Islam Athirah mengadakan acara pekan budaya. Pekan budaya ini berisi pentas seni dan budaya regional serta international. Kegiatan ini diawali display kelas. Setiap kelas memawakili satu daerah atau satu negara. Display dibuat menggunakan pendekatan kolaborasi dan elaborasi antra guru dan orang tua siswa dan siswa di kelas bersangkutan. Mereka bekerja sama, mulai dari brainstorming konsep hingga konsep pelaksanaan. Inilah sejatinya sejatinya cinta orang tua dan anak kepada sekolah. Sebaliknya, ini juga bentuk cinta sekolah kepada siswa dan kepada orang tua siswanya.
Pembiasaan pembelajaran dengan konsep see-do-get (lihat lalu rasakan), maka akan mendapatkan pengalaman yang mampu menjadi bentuk kecerdasan dan karakter. Dengan teknik siswa melihat langsung dan merasakannya, baik dalam bentuk praktek maupun simulasi siswa mendapatkan pengalaman langsung dan meghadapi persoalan sekaligus menemukan solusinya yang paling tepat dari dirinya sendiri. Dengan demikian, kemandirian dan daya juang siswa tarlatih sejak dini.
Seseorang ada yang bertanya pada saya “Apa itu cinta dalam hal ini?”. Lalu saya menjawab: “Cinta adalah memberi sebanyak-banyaknya dengan tulus dari apa yang kita miliki dan menerima dengan ikhlas dari setiap pemberian orang lain.Cinta juga adalah sikap membebaskan, memerdekakan. Dia tidak pernah mengekang dan tidak pernah menuntut. Dalam alquran ada satu surat yang maha indah, yakni surat ke-55 Ar-Rahman “Allah Yang Maha Pengasih limpanhan rahmat”. Cinta yang kita kenali sering kali hanya berkaitan dengan rasa sayang manusia perempuan dengan kepada manusia laki-laki atau sebaliknya. Lalu bermuara pada pernikahan. Namun pesan inti dalam surat Ar-Rahman bukanlah hanya sekedar kenikmatan, keindahan, kebahagiaan dan kesempurnaan yang ada lantaran cinta tetapi intinya adalah perintah untuk bersyukur, tidak mengingkari atau melupakan nikamt-nikmat Allah yang telah dianugerahkan-Nya.
Pemimpin Cinta khususnya bagi para kepala sekolah sebagai pemimpin para guru dan juga kepada para guru yang menjadi pemimin para siswanya, untuk berjuang menjadi mempelai “pengantin alquran” yakni sebagai “pemimpin cinta”.
D.    Analisis Buku
Pak edi mengembangkan sekolah athirah menjadi sekolah yang berkarakter islami akhlakul karimah, selain itu anak dibekali penanaman nilai karakter disiplin, percaya diri, berkasih sayang sesama, kreatif, bekerja sama dan selalu menghargai perbedaan itulah yang ingin dibangun disekolah tersebut. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Colby, James, & Hart “Character is very important to optimize the development of human life [1]dapat diartikan Karakter sangat penting untuk mengoptimalkan perkembangan kehidupan manusia. Orang tua yang arif, saat memilih sekolah buat anaknya adalah yang mereka yang lebih memprioritaskan sekolah yang memiliki program membangun karakter bagi putra/putrinya. Bukan hanya berfokus pada sarana dan prasarana semata, terlebih fokus pada akademik saja.
Dalam implemetasi mendidik anak agar cerdas berkarakter, orang tua mempunyai peranan besar dalam hal itu. Seperti yang dituturkan Oki Setiana Dewi mengatakan bahwa sosok ibu berpengaruh besar dalam memberikan kontribusi pembentukan karakter dirinya. Ibundanya yang selalu mengaji usai subuh dan magrib adalah model konkret  yang pada akhirnya diikuti oleh Oki, meskipun ibundanya tidak pernah menyuruhnya mengaji. Namun demikian, kebiasaan ibunya telah menajdi contoh yang pada akhirnya sampai sekarang selalu dilakukan oleh Oki
Dalam kehidupan nyata yang sangat membekali setiap individu adalah karakternya. Karakter positif dan kuat yang dimiliki seseorang akan membawa sukses dalam kehidupannya, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Daniel Goleman dan Stephen R. Covey bahwa Successful people whose lives are dominated by emotionally intelligent people[2] ialah orang yang hidupnya sukses didominasi oleh orang yang cerdas emosionalnya.
Menurut Dirjen UNESCO Federico Mayor dalam pengantar buku terbitan UNESCO menyatakan bahwa hanya ada satu pedagogi,  yaitu pedagogi kasih sayang ialah cinta. [3] Pernyataan ini didukung Martin Cetron yang mengemukakan kasih sayang yaitu cinta sebagai dasar pendidikan. Apabila guru  sudah kehilangan pada anak didiknya, maka berarti pendidikan mulai  kehilangan jati dirinya.
 Oleh karena itu bagaimanapun canggihnya komputer dalam membantu kegiatan pembelajaran, tetap tak akan dapat  menyisihkan peran dan fungsi guru. Dengan demikian proses pembelajaran  akan dapat mencapai tujuan secara optimal bila dilandasi oleh kasih sayang  guru dalam setiap tindakannya. Begitu pula dengan kepala sekolah dengan para gurunya dan gurunya dengan para siswanya.
Dalam memimpin sekolah athirah pak edi melakukan pendekatan cinta. di awal melakukan interaksi dengan pihak-pihak yayasan, guru-guru, siswa, penjual-penjual dekat sekolah “ agar saya lebih dekat dengan mereka dan menggali informasi terkait sekolah yang akan di pimpin”.  didukung oleh pernyataan Baumrind yang mengatakan bahwa  love is the ability to receive, give love, concern for yourself and others to accept its advantages and disadvantages [4]dapat diartikan dibutuhkan budi pekerti untuk menjadi karakter yang lebih baik, dan kompetensi untuk melakukannya dengan baik-baik.
Pentingnya komunikasi dan interaksi di ungkapkan juga oleh Syamsuddin, Kemampuan interaksi sosial merupakan hal mutlak yang harus dimiliki olah setiap manusia, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial[5]. Interaksi sosial yang baik adalah individu dapat melakukan kontak sosial dengan baik, baik kontak primer maupun kontak sekunder yang ditandai dengan kemampuan individu dalam melakukan percakapan dengan orang lain, saling pengertian, dan mampu bekerjasama dengan orang lain. seperti yang dilakukan pak edi  dengan melakukan coaching pada guru yang indisipliner harus dengan sepenuh cinta yang dilakukan adalah: (1) bertanya, bukannya memberitahu (2) mendengar, bukannya berbicara (3) mendayagunakan, bukannya mengarahkan (4) membuka polapikir bukan hanya sekadar skill. Dengan bertanya dan mendengarkan gurulah yang banyak bicara dan mengungkapkan kesulitan-kesulitannya. Pada hakikatnya guru paham tindakan indisipliner itu tindakan yang memalukan, namun mereka butuh teman diskusi yang dapat menampung berbagai sebab dan alternatif solusi lalu membantu.
Motivasi menurut teori McClellend sangat meyakini bahwa acchievement  dan motivasi mempunyai pernan yang sangat penting dalam kesuksesan individu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan.[6] Pendapat ini diperkuat oleh teori Hezberg mengenai motivasi bahwa yang membuat individu bersemangat melakukan pekerjaan atau kegiatan lainnya adalah faktor  motivasi dari dalam dirinya dan motivasi yangdatang dari luar individu.[7] Seperti halnya yang telah dijelaskan di buku ini, bahwa disekolah Athirah siswa dimotivasi dan diberi ruang untuk berbicara. Dalam forum tahfidz quran, siswa dimotivasi untuk mentadaburi setiap ayat yang dihafalnya. Di dalam forum salat, siswa dimpotivasi untuk berkultum dengan baik dan sistematis. Para siswa/ siswi juga menyepakati bentuk motivasi semangat melalui pemakaian pin perguruan tinggi pilihan dan properti karir yang tergantung di kamar-kamar tidur mereka, ini sangat menarik misalnya yang bercita-cita ingin jadi dokter di kamar mereka dipajang stetoskop dan jas dokter.
Manusia diharuskan selalu berusaha keras dalam melakukan suatu hal yang memang ia inginkan sepertihalnya Pak edi saat beliau dipilih menjadi direktur Athirah beliau mempunyai banyak rintangan yang dilalui akan tetapi itu semua terlewati dengan mudah karena beliau saat melihat sekolah Athirah sudah jatuh cinta dengan sekolah tersebut dan akhirnya pak edi menjadi direktur dengan berbagai kesulitan yang dilewatinya. buah dari kesuksesan adalah kerja keras. tanpa adanya kerja keras kesuksesan tidak akan didapatkan oleh seseorang. Hal ini didukung oleh pernyataan Sofian dalam Syamsuddin bahwa “ Dengan bekerja keras akan mencapai kesuksesan serta mendapatkan kebahagiaan”[8] jadi manusia harus selalu berusaha keras dalam melakukan suatu hal setiap harinya yang akhirnya akan mendapatkan kesuksesan sehingga memperoleh kebahagiaan.
Dalam Teori Maslow di tekankan pada perkembangan konsep diri anak. Apabila anak memliki konsep diri yang baik maka anak akan berprilaku baik pula. Konsep diri yang baik. Konsep diri yang baik dimulai dari pemahaman tentang kekuatan dan kelemahan diri serta keyakinan bahwa kemampuan dalam diri dapat ditingkatkan[9]. Contohnya seperti dijelaskan di buku ini Sosok guru harus menjadikan dirinya sebagai sosok yang “digugu” dan “ditiru”. contohnya bila terdapat siswa yang berlomba/bertanding harus menemani dan mengantar langsung sampai acara selesai. saat siswa menang, dirayakan bersama bila mereka kalah di rangkul mereka dan diberikan penguatan agar tidak berkecil hati bahwa kemampuannya akan terus meningkat,kekalahan ini bukanlah akhir.Sekolah Athirah yang dipimpin oleh pak edi ingin menjadikan mindset siswa bahwa ia adalah pemimpin bangsa kelak. untuk menjadikan siswa memiliki mindset dan asa sebagai pemimpin bangsa dikemudian hari perlu penanaman mindset  dan asa yang kuat kepada para gurunya terlebih dahulu.
 Bagaimana pun guru pada saat berada di hadapan siswa, harus memiliki keyakinan bahwa mereka kelak adalah pemimpin bangsa ini. Dengan demikian perilaku guru adalah kualitas layanan terhadap para calon pemimpin bangsa ini.

E.     Keunggulan Buku
Keunggulan Buku “PEMIMPIN CINTA: Mengelola Sekolah, Guru Dan Siswa dengan Pendekatan Cinta” antara lain:
1.       Buku yang memuat metode-metode menjadi pemimpin dan guru yang mendidik dengan cinta.
2.       Disusun oleh direktur utama Sekolah Athirah dan Ikatan Guru Indonesia (IGI) wilayah Sulsel.
3.       Buku ini sangat direkomendasikan untuk dijadikan referensi dan rujukan bagi setiap kepala sekolah, guru, orangtua serta para pemerhati pendidikan.
4.       Cover buku menarik (eye Catching)
5.       Berisikan pengalaman hidup yang tak pernah membuat pembaca bosan.
F.     Kelemahan Buku
1.      Kurang menceritakan tentang arti penting pendekatan cinta
2.      Gambar yang ditampilkan tidak berwarna dan kurang menarik.

G.    DAFTAR PUSTAKA
Mukmin Abin Syamsuddin , Psikologi Kependidikan, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung), 2012.
Huebner, E Scoot. Furlong, Michael J. Gilman, Rich. Handbook of positive psychology positif in scholl. Routledge Taylor and Francis. 2009 (diakses tanggal 19 januari 2017)
Jamaris, Martini  Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan., (Jakarta:Penamas Murni)  2010.
Nurhidayat, Titin , Pendekatan Kasih Sayang: Solusi Pengembangan Karakter Terpuji dan Akhlak Mulia dalam Diri Anak Didik, (Jurnal Falasifa. Vol. 2 No.2),  2013.


[1] Huebner, E Scoot. Furlong, Michael J. Gilman, Rich.. Handbook of positive psychology positif in scholl. Routledge Taylor and Francis. 2009.
[2] Huebner, E Scoot. Furlong, Michael J. Gilman, Rich. Handbook of positive psychology positif in scholl. Routledge Taylor and Francis. 2009
[3] Titin Nurhidayat, Pendekatan Kasih Sayang: Solusi Pengembangan Karakter Terpuji dan Akhlak Mulia dalam Diri Anak Didik, (Jurnal Falasifa. Vol. 2 No.2),  2013.
[4] Huebner, E Scoot. Furlong, Michael J. Gilman, Rich. Handbook of positive psychology positif in scholl. Routledge Taylor and Francis. 2009
[5] Abin Syamsuddin Mukmin, Psikologi Kependidikan, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung), 2012.
[6] Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan., (Jakarta:Penamas Murni)  2010. h.  246
[7] Ibid., h. 244
[8] Abin Syamsuddin Mukmin, Psikologi Kependidikan, (PT Remaja Rosdakarya: Bandung), 2012.
[9] Martini Jamaris, Op.Cit. h. 229.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar