REVIEW BUKU
“PEMIMPIN
CINTA: Mengelola Sekolah, Guru Dan Siswa dengan Pendekatan CINTA”
A. Identitas
Buku
Judul : Pemimpin Cinta: Mengelola Sekolah, Guru dan
Siswa dengan Pendekatan Cinta No. ISBN : 9789794338735
Penulis : Edi Sutarto
Penerbit : Kaifa (PT Mizan Pustaka)
Kota Terbit : Bandung
Tahun Terbit : 2015Jumlah
Hal. : 394 halaman
Kategori : Inspirasional
Harga : Rp. 79.000
B. Tentang
Penulis
EDI SUTARTO adalah
seorang praktisi pendidikan. Dia pernah menjabat sebagai Kepala SMA Islam
Al-Izhar Pondok labu, Jakarta Selatan sejak 1998 hingga 2004. Tahun 2008-2010
menjabat sebagai Program Officer Yayasan Cahaya Guru (YCG). Sejak 2000 hingga
kini aktif sebagai konsultan pendidikan dan motivator pendidik. Materi pelatihan
dan motivasi yang penah dibawakannya di seantero Indonesia antara lain
Manajemen Pendidikan, Manajemen Kelas, Metode Pembelajaran Kreatif,
Pentingnya Bahasa Tubuh dalam Pembelajaran, Menulis itu Mudah, Display Kelas,
Perencanaan dan Evaluasi Pembelajaran Kekinian, 5 R, Proyek dalam Pembelajaran,
Kepemimpinan, Manajemen Konflik, Komunikasi Bisnis, Komunikasi Efektif, Tim
Dinamis, Delapan Standar Nasional Pendidikan, Guru Cinta, dan Pemimpin Cinta.
Tahun 2004-2010 menjadi dosen di Universitas Negeri Jakarta, Universitas
Multimedia Nusantara, Prasetia Mulya Bussines School, dan Universitas Trisakti.
Sekarang sebagai kandidat Doktor Pendidikan Bahasa UNJ. Sejak 2011 hingga kini
menjabat sebagai Direktur Sekolah Islam Athirah.
C. Isi Buku
Buku Pemimpin
Cinta menuturkan banyak pelbagai persoalan pendidikan yang dialami Pak Edi
ketika menjadi direktur di Sekolah Islam Athirah milik Yayasan Kalla, dan
korelasi dengan cinta, agama serta budaya sebagai garda depan untuk
menyelesaikan persoalan. Edi Sutarto yang pernah menjadi dosen apresiasi drama
di UNJ serta aktor Teater Koma, menulis Pemimpin Cinta tentang
bagaimana mengelola sekolah, mengelola guru, mengelola siswa serta mengelola
orang tua dengan pendekatan cinta.
1. Berawal Dari Akar
Akar adalah
sumber kehidupan dan kekuatan dari sebatang pohon, pohon yang berbatang kokoh
tentu bermula dari akar yang sehat, baik dan kuat. Ini merupakan awal yang baik
sebab yang tertanam di dada adalah “apa
yang bisa saya berikan untuk sekolah?” bukan sebaliknya. Niat demikian merupakan
niat yang mencerminkan cinta dan awal dari usahakerja keras untuk menggapai
target yang di cita-citakan secara optimal. Pemimpin meski jadi teladan karena
memimpin adalah pembuktian pelaksananaan gagasan dan kata-kata agar orang lain
tergerak lantaran esensi dari memimpin adalah menggerakkan orang lain. Pak Edi
yang menjabat sebagai direktur sekolah athirah ingin menjadikan sekolah athirah
menjadi sekolah model, baik di tingkat regional maupun nasional. untuk mencapai
tujuan tersebut saya sadar bahwa sukses sekolah
tergantung pada investasi dan aset yang dimiliki.
Guru adalah aset
utama yang harus dimanusiakan dengan pengembangan kemampuan profesionalnya
melalui berbagai program sebagai investasi. sekolah jika ingin sukses harus
menjawab beberapa hal, yakni (1) problem solving merancang dan menghasilkan
produk/program yang berkualitas, (2) memasarkan produk/program sekolah sejak
hari pertama siswa belajar hingga hari akhir mereka belajar, people process philosophy.
Pak Edi
menemukan arti kepemimpinan pada saat mengikuti UKM (Unit Kesenian
Mahasiswa). Pemimpin hakikatnya adalah
bukan persoalan jabatan,tetapi menjawab persoalan-persoalan. Itulah mengapa
tugas untuk memimpin adalah mempengaruhi
dan menggerakan orang lain agar mereka mau berpikir , bersikap, bertindak dan
bertanggung jawab sesuai harapannya.
buah dari kesuksesan adalah kerja keras Perubahan di Athirah akan
dimulai dari meningkatkan budaya disiplin dan karakter berbasis kearifan lokal.
2.
Memintal
Rencana
Dalam saya
memimpin sekolah athirah saya melakukan pendekatan cinta. di awal saya
melakukan interaksi dengan pihak-pihak yayasan, guru-guru, siswa,
penjual-penjual dekat sekolah agar saya lebih dekat dengan mereka dan menggali
informasi terkait sekolah yang akan saya pimpin. Proses penyusunan strategi
diawali dengan melaksanakan diskusi
dengan berbagai pemangku kepentingan lembaga termasuk pendiri, orang tua, para
siswa, para guru dan masyarakat. Pendidikan yang akan dibangun harus
mempersiapkan siswa menjadi calon pemimpin bangsa yang cerdas, berkarakter
berbasis al-qur’an dan hadist. Bagaimana
pun guru pada saat berada di hadapan siswa, harus memiliki keyakinan bahwa
mereka kelak adalah pemimpin bangsa ini.
Dengan demikian
perilaku guru adalah kualitas layanan terhadap para calon pemimpin bangsa ini.
Lembaga pendidikan akan ditentukan keunggulannya dari kemampuan mengembangkan
sikap mandiri, kreatif, inovatif, keberanian mengambil risiko dan
profesionalisme. Proses pembelajaran di Athirah akan membangun kemandirian,
kreativitas, inovatif, keberanian mengambil risiko dan profesionalisme dari
siswanya. penekanan pada pembelajaran sekolah Athirah adalah dengan muatan
membentuk jati diri siswa dengan karakter yang islami. juga diutamakn habluminallah dan habluminannas dengan keorganisasian dan leadership selain itu juga
pengenalan dan pembiasaan
program-program yang membentuk jiwa entreupreneurship. Sosok guru harus
menjadikan dirinya sebagai sosok yang “digugu” dan “ditiru” dengan konsep “see-do-get”.
Guru harus selalu meningkatkan kinerjanya sehingga prestasi siwa dapat
dicapai dengan optimal. Bila terdapat siswa yang berlomba/bertanding harus
menemani dan mengantar langsung sampai acara selesai. Para orang tua diundang
dalam pertemuan koordinasi di awal pertemuan koordinasi di awal persiapan
hingga pelepasan. saat siswa menang, dirayakan bersama bila mereka kalah di
rangkul mereka dan diberikan penguatan agar tidak berkecil hati
3.
Menyentuh
Guru dan Karyawan
Morning Brieving
merupakan agenda rutin di setiap paginya. Aktivitas setiap hari ini telah mampu
menjadi cara paling efektif untuk menanamkan pola pikir efektif kepada karyawan
dan guru. serta guru harus duduk di ruang guru pada pukul 06.45, masuk kerja
lebih awal ini merupakan bentuk disipin profesional guru. karena ini guru-guru
tidak ada yang datang terlambat ke sekolah.
Dalam melakukan
coaching pada guru yang indisipliner harus dengan sepenuh cinta yang dilakukan
adalah: (1) bertanya, bukannya memberitahu (2) mendengar, bukannya berbicara
(3) mendayagunakan, bukannya mengarahkan (4) membuka polapikir bukan hanya
sekadar skill. Dengan bertanya dan mendengarkan gurulah yang banyak bicara dan
mengungkapkan kesulitan-kesulitannya. Pada hakikatnya guru paham tindakan
indisipliner itu tindakan yang memalukan, namun mereka butuh teman diskusi yang
dapat menampung berbagai sebab dan alternatif solusi lalu membantu
mengeksekusinya. Karakter manusia itu terdapat 4 macam ialah (1) Sanguinis,
sifat ramah, supel, cepat bertindak dan berhenti, mudah ganti halian mudah
menerima kesan, suka menolong dan berpakaian modis. (2) Melankolis, sifat
pesimistik, mudah kecewa, kurang percaya diri dan tidak mudah menerima
keramahan orang lain (3) Flegmatis, sifat khas tenang, tekun dan tidak gapang
terpengaruh (4) korelis, sifat khas optmistik, bersemangat, daya juang kuat dan
mudah meluap perasaanya.
Untuk menghadapi
orang yang sanguinis yaitu mengawali pembicaraan dengan kemodisan dan
kehebatan-kehebatannya setelah itu baru dibicarakan persoalan yang sedang
dihadapi. dalam mengahadapi karakter ini yaitu mengendalikannya melalui kontrol
setiap saat. Bila berkarakter melankolis, memulainya dengan kisah-kisah
inspiratif lalu berbicara persoalan langsung permasalahan. Menghadapi orang
karakter flegmatis harus lebih banyak memotivasi berbicara detail sampai pada
hal-hal yang kecil. bila karakter koleris, orang karakter ini yang dibutuhkan
pengakuan pada kehebatannya. bukan menyanjung tapi mengakuinya secara
proporsional setelah itu diakhiri dengan tantangan untuk kerja lebih cepat
lebih baik.
4.
Menyentuh
Siswa
Drama merupakan
cara untuk meningkatkan kreativitas anak. Pendidikan karakter di sekolah bisa
berbagai pendekatan, contohnya pembekalan melalui drama. pementasan drama
adalah salah satu program yang dapatmemebangun karakter yang kuat bagi siswa.
melalui pemenatasan drama, siswa mendapatkan pengalaman langsung dari banyak
hal. Contohnya
di TK cerita diambil bergenre fabel yaitu cerita yang para tokohnya hewan.
Dalam cerita tersebut terdapat nilai-nilai moral yang dapat membangun karakter
kuat untuk anak. Selain itu
ada pembekalan melalui tahfidz yaitu aktivitasnya mengulang ayat-ayat yang di
hafal, siswa tidak hanya berhenti pada kemampuan menghafal tetapi lebih tinggi
yaitu memahami makna dari setiap ayat yang dihafalnya serta korelasinya dengan
kehidupan.
Siswa dimotivasi dan diberi ruang untuk berbicara,
sehingga memiliki kekuatan mental saat di forum-forum. Dalam forum tahfidz
quran, siswa dimotivasi untuk mentadaburi setiap ayat yang dihafalnya. Di dalam
forum salat, siswa dimpotivasi untuk berkultum dengan baik dan sistematis. Para
siswa/ siswi juga menyepakati bentuk motivasi semangat melalui pemakaian pin
perguruan tinggi pilihan dan properti karir yang tergantung di kamar-kamar
tidur mereka, ini sangat menarik misalnya yang bercita-cita ingin jadi dokter
di kamar mereka dipajang stetoskop dan jas dokter. Selama di sekolah, mereka
sepakat berperilaku layaknya seorang dokter, begitu pula pada pilihan karir
lainnya.
Kesuksesan dalam hidup adalah pilihan, maka sejak dini
para siswa harus memilih suksesnya masing-masing. Para guru membimbingnya
dengan opend mind dan program-program
yang mampu membuka cakrawala kekehidupan yang lebih mengajak pada upaya untuk
siap bertahan menghadapi kehidupan.
5.
Menyentuh Orang Tua Siswa dan Lingkungan
Menurut Prof. Dr. Arif Rahman, M.Pd., dalam membentuk
anak agar ceradas berkarakter kuncinya adalah situasi. Dalam proses
pembelajaran baik guru maupun orang tua harus menciptakan situasi yang
menyenangkan. Situasi inilah yang membuka pintu transformasi kognitif dan afektif
secara efektif kepada anak, caranya mudah: mulailah pembelajaran itu dengan Senyum,
Salam, Sapa, Sabar, Semangat dan Syukur.
Sekolah yang maju adalah sekolah yang bergandengan
tangan dengan para orang tua siswanya, meniti titian perubahan bersama. Di
Athirah khususnya di TK, ada program sehari bersama ayah. Program ini adalah
program penyadaran kepada kaum ayah bahwa mereka juga harus memberikan
kontribusi yang proporsional kepada putra-putrinya dalam ranah pendidikan. Para
ayah sehari ini melakukan kegiatan nyata bersama anak, misalnya sesi menggambar
bersama anak. Akan tampak bentul, andaikan mereka jarang berkomunikasi di
rumah, maka akan terjadi bukan segera menggambar tetapi mereka saling beradu
argumentasi dengan sang anak. Bisa jadi hal ini, lantaran sang ayah mempertahankan
egonya atau sebaliknya. Pesan moral yang ingin kami sampaikan dalam sesi
tersebut adalah pentignya komunikasi efektif dan kerjasama antra ayah dan anak
diakhir sesi, panitia memaparkan hasil pengamatan kinerja para ayah dalam
komunikasi efektif dan kerjasama dengan orang tua putrinya yang cenderung masih
harus diperbaiki. Terdapat juga sesi mengenakan sepatu dan mengenakan pakaian
seragam anak. Program ini mampu menyentuh hati para ayah pada bagian yang
paling dalam. Indikatornya, di kemudian hari bila ada momen-momen kegiatan
besar bagi anaknya, tingkat kehadiran mereka frekuensinya sangat tinggi.
Bahkan bukan hanya kehadiran fisik semata, biasanya
para ayah telah menyiapkan sekuntum bunga atau kado ditangannya. uasi
pergelaran putra/
putinya mereka berhambur memeluk putra/putrinya sambil menyerahkan sekuntum
bunga atau kado sebagai penghargaan. Momen semacam ini menjadi peristiwa yang
mengaduk-aduk relung hati dan menyebabkan mengalirnya air mata. Inilah deposit
cinta sang ayah yang di tanam pada putra/ putrinya. Peristiwa orang tua
memberikan sekuntum bungan dan kado kecil usai putra/ putrinya tampil di
pergelaraan tampaknya peristiwa kecil. Namun, saya yakin ini seupama efek
kepakan sayap kupu-kupu di bantimurung. Saat sang kupu-kupu kecil mengepakan
sayapnya memang terlihat sangat lembut, tetapi percayalah energinya mampu
menggerakkan angin tornado beberapa tahun kemudian di daratan Arizona.
Di Tk Islam Athirah mengadakan acara pekan budaya.
Pekan budaya ini berisi pentas seni dan budaya regional serta international.
Kegiatan ini diawali display kelas.
Setiap kelas memawakili satu daerah atau satu negara. Display dibuat menggunakan pendekatan kolaborasi dan elaborasi
antra guru dan orang tua siswa dan siswa di kelas bersangkutan. Mereka bekerja
sama, mulai dari brainstorming konsep
hingga konsep pelaksanaan. Inilah sejatinya sejatinya cinta orang tua dan anak
kepada sekolah. Sebaliknya, ini juga bentuk cinta sekolah kepada siswa dan
kepada orang tua siswanya.
Pembiasaan pembelajaran dengan konsep see-do-get (lihat lalu rasakan), maka
akan mendapatkan pengalaman yang mampu menjadi bentuk kecerdasan dan karakter.
Dengan teknik siswa melihat langsung dan merasakannya, baik dalam bentuk
praktek maupun simulasi siswa mendapatkan pengalaman langsung dan meghadapi
persoalan sekaligus menemukan solusinya yang paling tepat dari dirinya sendiri.
Dengan demikian, kemandirian dan daya juang siswa tarlatih sejak dini.
Seseorang ada yang bertanya pada saya “Apa itu cinta
dalam hal ini?”. Lalu saya menjawab: “Cinta adalah memberi sebanyak-banyaknya
dengan tulus dari apa yang kita miliki dan menerima dengan ikhlas dari setiap
pemberian orang lain.Cinta juga adalah sikap membebaskan, memerdekakan. Dia
tidak pernah mengekang dan tidak pernah menuntut. Dalam alquran ada satu surat
yang maha indah, yakni surat ke-55 Ar-Rahman “Allah Yang Maha Pengasih limpanhan rahmat”. Cinta yang kita kenali sering kali hanya
berkaitan dengan rasa sayang manusia perempuan dengan kepada manusia laki-laki atau sebaliknya. Lalu bermuara pada
pernikahan. Namun pesan inti dalam surat Ar-Rahman bukanlah hanya sekedar
kenikmatan, keindahan, kebahagiaan dan kesempurnaan yang ada lantaran cinta
tetapi intinya adalah perintah untuk bersyukur, tidak mengingkari atau
melupakan nikamt-nikmat Allah yang telah dianugerahkan-Nya.
Pemimpin Cinta khususnya bagi para kepala sekolah
sebagai pemimpin para guru dan juga kepada para guru yang menjadi pemimin para
siswanya, untuk berjuang menjadi mempelai “pengantin alquran” yakni sebagai
“pemimpin cinta”.
D.
Analisis
Buku
Pak edi
mengembangkan sekolah athirah menjadi sekolah yang berkarakter islami akhlakul
karimah, selain itu anak dibekali penanaman nilai karakter disiplin, percaya
diri, berkasih sayang sesama, kreatif, bekerja sama dan selalu menghargai
perbedaan itulah yang ingin dibangun disekolah tersebut. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Colby, James, & Hart “Character is very important to
optimize the development of human life”
[1]dapat
diartikan Karakter sangat penting untuk mengoptimalkan perkembangan kehidupan
manusia. Orang tua yang
arif, saat memilih sekolah buat anaknya adalah yang mereka yang lebih
memprioritaskan sekolah yang memiliki program membangun karakter bagi putra/putrinya. Bukan
hanya berfokus pada sarana dan prasarana semata, terlebih fokus pada akademik
saja.
Dalam implemetasi mendidik anak agar cerdas
berkarakter, orang tua mempunyai peranan besar dalam hal itu.
Seperti yang dituturkan Oki
Setiana Dewi mengatakan bahwa sosok ibu berpengaruh besar dalam memberikan
kontribusi pembentukan karakter dirinya. Ibundanya yang selalu mengaji usai
subuh dan magrib adalah model konkret
yang pada akhirnya diikuti oleh Oki, meskipun ibundanya tidak pernah
menyuruhnya mengaji. Namun demikian, kebiasaan ibunya telah menajdi contoh yang
pada akhirnya sampai sekarang selalu dilakukan oleh Oki
Dalam kehidupan nyata yang sangat membekali setiap
individu adalah karakternya.
Karakter positif dan kuat yang dimiliki seseorang akan membawa sukses dalam
kehidupannya, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Daniel Goleman dan Stephen
R. Covey bahwa” Successful
people whose lives are dominated by emotionally intelligent people”[2] ialah orang yang hidupnya sukses didominasi oleh orang yang
cerdas emosionalnya.
Menurut Dirjen UNESCO Federico Mayor
dalam pengantar buku terbitan UNESCO menyatakan bahwa hanya ada satu
pedagogi, yaitu pedagogi kasih sayang
ialah cinta. [3]
Pernyataan ini didukung Martin Cetron yang mengemukakan kasih sayang yaitu
cinta sebagai dasar pendidikan. Apabila guru
sudah kehilangan pada anak didiknya, maka berarti pendidikan mulai kehilangan jati dirinya.
Oleh karena itu bagaimanapun canggihnya
komputer dalam membantu kegiatan pembelajaran, tetap tak akan dapat menyisihkan peran dan fungsi guru. Dengan
demikian proses pembelajaran akan dapat
mencapai tujuan secara optimal bila dilandasi oleh kasih sayang guru dalam setiap tindakannya. Begitu pula
dengan kepala sekolah dengan para gurunya dan gurunya dengan para siswanya.
Dalam memimpin
sekolah athirah pak edi melakukan pendekatan cinta. di awal melakukan interaksi
dengan pihak-pihak yayasan, guru-guru, siswa, penjual-penjual dekat sekolah “ agar
saya lebih dekat dengan mereka dan menggali informasi terkait sekolah yang akan
di pimpin”. didukung oleh pernyataan
Baumrind yang mengatakan bahwa “love is the ability to receive,
give love, concern for yourself and others to accept its advantages and
disadvantages”
[4]dapat
diartikan dibutuhkan budi pekerti untuk menjadi karakter yang lebih baik, dan
kompetensi untuk melakukannya dengan baik-baik.
Pentingnya
komunikasi dan interaksi di ungkapkan juga oleh Syamsuddin, Kemampuan interaksi
sosial merupakan hal mutlak yang harus dimiliki olah setiap manusia, karena
pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial[5].
Interaksi sosial yang baik adalah individu dapat melakukan kontak sosial dengan
baik, baik kontak primer maupun kontak sekunder yang ditandai dengan kemampuan
individu dalam melakukan percakapan dengan orang lain, saling pengertian, dan
mampu bekerjasama dengan orang lain. seperti yang dilakukan pak edi dengan melakukan coaching pada guru yang indisipliner harus dengan sepenuh cinta
yang dilakukan adalah: (1) bertanya,
bukannya memberitahu (2) mendengar, bukannya berbicara (3) mendayagunakan,
bukannya mengarahkan (4) membuka polapikir bukan hanya sekadar skill. Dengan
bertanya dan mendengarkan gurulah yang banyak bicara dan mengungkapkan
kesulitan-kesulitannya. Pada hakikatnya guru paham tindakan indisipliner itu
tindakan yang memalukan, namun mereka butuh teman diskusi yang dapat menampung
berbagai sebab dan alternatif solusi lalu membantu.
Motivasi menurut
teori McClellend sangat meyakini bahwa acchievement
dan motivasi mempunyai pernan yang
sangat penting dalam kesuksesan individu dalam mencapai tujuan yang telah di
tetapkan.[6]
Pendapat ini diperkuat oleh teori Hezberg mengenai motivasi bahwa yang membuat
individu bersemangat melakukan pekerjaan atau kegiatan lainnya adalah
faktor motivasi dari dalam dirinya dan
motivasi yangdatang dari luar individu.[7]
Seperti halnya yang telah dijelaskan di buku ini, bahwa disekolah Athirah siswa dimotivasi dan diberi ruang untuk berbicara.
Dalam forum tahfidz quran,
siswa dimotivasi untuk mentadaburi setiap ayat yang dihafalnya. Di dalam forum
salat, siswa dimpotivasi untuk berkultum dengan baik dan sistematis. Para siswa/
siswi juga menyepakati bentuk motivasi semangat melalui pemakaian pin perguruan
tinggi pilihan dan properti karir yang tergantung di kamar-kamar tidur mereka,
ini sangat menarik misalnya yang bercita-cita ingin jadi dokter di kamar mereka
dipajang stetoskop dan jas dokter.
Manusia diharuskan
selalu berusaha keras dalam melakukan suatu hal yang memang ia inginkan
sepertihalnya Pak edi saat beliau dipilih menjadi direktur Athirah beliau
mempunyai banyak rintangan yang dilalui akan tetapi itu semua terlewati dengan
mudah karena beliau saat melihat sekolah Athirah sudah jatuh cinta dengan
sekolah tersebut dan akhirnya pak edi menjadi direktur dengan berbagai
kesulitan yang dilewatinya. buah dari kesuksesan adalah kerja keras. tanpa
adanya kerja keras kesuksesan tidak akan didapatkan oleh seseorang. Hal ini
didukung oleh pernyataan Sofian dalam Syamsuddin bahwa “ Dengan bekerja
keras akan mencapai kesuksesan serta mendapatkan kebahagiaan”[8]
jadi manusia harus selalu berusaha keras dalam melakukan suatu hal setiap
harinya yang akhirnya akan mendapatkan kesuksesan sehingga memperoleh
kebahagiaan.
Dalam Teori
Maslow di tekankan pada perkembangan konsep diri anak. Apabila anak memliki
konsep diri yang baik maka anak akan berprilaku baik pula. Konsep diri yang
baik. Konsep diri yang baik dimulai dari pemahaman tentang kekuatan dan
kelemahan diri serta keyakinan bahwa kemampuan dalam diri dapat ditingkatkan[9].
Contohnya seperti dijelaskan di buku ini Sosok
guru harus menjadikan dirinya sebagai sosok yang “digugu” dan “ditiru”. contohnya
bila terdapat siswa yang berlomba/bertanding harus menemani dan mengantar
langsung sampai acara selesai. saat siswa menang, dirayakan bersama bila mereka
kalah di rangkul mereka dan diberikan penguatan agar tidak berkecil hati bahwa
kemampuannya akan terus meningkat,kekalahan ini bukanlah akhir.Sekolah Athirah yang
dipimpin oleh pak edi ingin menjadikan mindset siswa bahwa ia adalah pemimpin
bangsa kelak. untuk menjadikan siswa memiliki mindset dan asa sebagai pemimpin
bangsa dikemudian hari perlu penanaman mindset
dan asa yang kuat kepada para gurunya terlebih dahulu.
Bagaimana pun guru pada saat berada di hadapan
siswa, harus memiliki keyakinan bahwa mereka kelak adalah pemimpin bangsa ini.
Dengan demikian perilaku guru adalah kualitas layanan terhadap para calon
pemimpin bangsa ini.
E.
Keunggulan
Buku
Keunggulan Buku “PEMIMPIN
CINTA: Mengelola Sekolah, Guru Dan Siswa dengan Pendekatan Cinta” antara lain:
1.
Buku yang memuat metode-metode menjadi
pemimpin dan guru yang mendidik dengan cinta.
2.
Disusun oleh direktur utama Sekolah
Athirah dan Ikatan Guru Indonesia (IGI) wilayah Sulsel.
3.
Buku ini sangat direkomendasikan untuk
dijadikan referensi dan rujukan bagi setiap kepala sekolah, guru, orangtua
serta para pemerhati pendidikan.
4.
Cover buku menarik (eye Catching)
5.
Berisikan
pengalaman hidup yang tak pernah membuat pembaca bosan.
F.
Kelemahan
Buku
1.
Kurang
menceritakan tentang arti penting pendekatan cinta
2.
Gambar
yang ditampilkan tidak berwarna dan kurang menarik.
G.
DAFTAR
PUSTAKA
Mukmin Abin Syamsuddin , Psikologi Kependidikan, (PT Remaja
Rosdakarya: Bandung), 2012.
Huebner, E Scoot.
Furlong, Michael J. Gilman, Rich. Handbook
of positive psychology positif in scholl. Routledge Taylor and Francis.
2009 (diakses tanggal 19 januari 2017)
Jamaris, Martini Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan.,
(Jakarta:Penamas Murni) 2010.
Nurhidayat, Titin , Pendekatan Kasih Sayang: Solusi Pengembangan Karakter
Terpuji dan Akhlak Mulia dalam Diri Anak Didik, (Jurnal
Falasifa. Vol. 2 No.2), 2013.
[1] Huebner, E
Scoot. Furlong, Michael J. Gilman, Rich.. Handbook
of positive psychology positif in scholl. Routledge Taylor and Francis.
2009.
[2] Huebner, E Scoot. Furlong, Michael J. Gilman, Rich. Handbook of positive psychology positif in
scholl. Routledge Taylor and Francis. 2009
[3] Titin
Nurhidayat, Pendekatan Kasih Sayang:
Solusi Pengembangan Karakter Terpuji dan Akhlak Mulia dalam Diri Anak Didik, (Jurnal Falasifa. Vol.
2 No.2), 2013.
[4] Huebner, E Scoot. Furlong, Michael J. Gilman, Rich. Handbook of positive psychology positif in
scholl. Routledge Taylor and Francis. 2009
[5] Abin Syamsuddin Mukmin, Psikologi Kependidikan, (PT Remaja
Rosdakarya: Bandung), 2012.
[6] Martini Jamaris, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan.,
(Jakarta:Penamas Murni) 2010. h. 246
[7] Ibid., h. 244
[8]
Abin Syamsuddin Mukmin, Psikologi Kependidikan, (PT Remaja
Rosdakarya: Bandung), 2012.
[9]
Martini Jamaris, Op.Cit. h. 229.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar