MAKALAH
BAHASA SEBAGAI
SISTEM KOGNITIF
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan
Bahasa Dan Sosial Anak Usia Dini
Dosen Pengampu: Dr. Fachrurozi, M.Pd.
Disusun Oleh:
1.
Faradilla
Ayunningtyas
2.
Desri Yanti
3.
Kurniasih
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum
wr. wb.
Puji dan
syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat
sehat agar dapat menyelesaikan tugas ini dan diberikan kesempatan untuk
memperbaiki diri dari kesalahan yang telah di perbuat. Sholawat dan salam
semoga tecurah kepada nabi kita yakni nabi Muhammad saw serta keluarga, para
sahabat dan umatnya hingga yaumul akhir.
Semoga
tugas ini bermanfaat dan memberikan pengetahuan, khususnya bagi penyusun serta
diterima oleh Bapak Dr. Fahrurroji, M.Pd., selaku dosen Mata Kuliah Pendidikan
Bahasa Dan Sosial Anak Usia Dini. Penyusun memohon maaf apabila dalam penulisan
tugas ini banyak terdapat salah kata dan kekurang sempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun penyusun harapkan untuk dijadikan acuan dan
tolak ukur dalam pembuatan tugas selanjutnya agar lebih baik.
Wassalamualaikum wr. Wb.
Jakarta, September 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah ...................................................................... 2
C. Tujuan
Penulisan ........................................................................ 2
D. Manfaat
Penulisan.......................................................................
2
BAB II KAJIAN TEORETIK
A. Hakikat
Bahasa ............................................................................. 3
1. Pengertian
Bahasa ................................................................. 3
2. Aturan
Dalam Bahasa ............................................................. 4
B. Bahasa
Sebagai Sistem...............................................................
8
C. Pendapat Piaget
dan Vygotsky tentang
Bahasa..................... 10
1. Pendapat
Piaget...................................................................... 10
2. Pendapat
Vigotsky................................................................... 14
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
....................................................................................... 16
B. Saran.............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan bahasa diidentifikasi berjalan bersamaan
dengan tumbuh kembang manusia. Pada mulanya, manusia kecil atau bayi yang hanya
mengeluarkan ujaran satu atau dua kata, tetapi saat dewasa mampu menggunakan
bahasa seolah-olah tanpa proses berpikir. Hal ini membuat manusia tidak
menyadari bahwa menggunakan bahasa dalam kehidupan memerlukan keterampilan yang
begitu rumit.
Pada saat manusia mengungkapkan sesuatu yang ingin
diungkapkannya, manusia mengeluarkan bunyi-bunyian yang disebut sebagai bahasa.
Selanjutnya pemakaian bahasa menjadi cerminan kemampuan yang ada di dalam diri,
dan hanya manusialah yang mampu melakukannya. Sebagai contoh, kemampuan
berbahasa dapat mengarahkan manusia dalam memilih kata atau bunyi-bunyian yang
sesuai dengan konteks yang diinginkan atau yang sedang terjadi, sehingga
manusia lain mampu menangkap maksud atau tujuannya.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa dalam aktivitas
berbahasa, ada aktivitas yang terjadi di dalam diri (mental) yang terwujud
dalam bahasa yang digunakan. Secara spesifik hal ini menjadi salah satu tanda
bahwa bahasa merupakan sistem kognitif yang terjadi dan berkaitan erat dan
kehidupan manusia. Pengetahuan tentang aktivitas mental atau sistem kognitif yang
terjadi di dalam diri manusia berkaitan dengan bahasa menjadi sangat penting
untuk dipaparkan, sehubungan dengan konsep awal pemahaman manusia terhadap
bahasa itu sendiri.
Adapun makalah ini disusun untuk memberikan pemahaman kepada
pembaca mengenai hakikat bahasa secara umum, bahasa sebagai sistem kognitif
yang mampu merepresentasikan apa yang ada dalam kognisi manusia berkaitan
dengan perkembangan bahasa, serta memaparkan teori konstruktivisme mengenai
bahasa sebagai sistem kognitif.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, disimpulkan beberapa rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini antara lain:
1. Apakah hakikat bahasa?
2. Bagaimanakah bahasa sebagai sistem kognitif?
3. Apakah pendapat Piaget dan Vygotsky tentang bahasa
sebagai sistem kognitif?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
uraian rumusan masalah yang telah disampaikan, tujuan penulisan makalah ini
adalah:
1. Menjelaskan hakikat bahasa.
2. Menjelaskan bahasa sebagai sistem kognitif.
3. Memaparkan pendapat Piaget dan Vygotsky tentang bahasa
sebagai sistem kognitif.
D.
Manfaat Penulisan
Penulisan
makalah ini dimaksudkan agar tercipta pemahaman yang baik terhadap konsep
bahasa sebagai suatu sistem kognitif yang ada pada manusia dan berimplikasi
pada kemudahan para pembaca untuk mengorganisasi pengetahuan lain yang
berkaitan dengan perkembangan bahasa.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Hakikat
Bahasa
1.
Pengertian
Bahasa
Bahasa merupakan bagian dari
kehidupan masyarakat. Bahasa (language) sebagai suatu bentuk komunikasi baik lisan, tulisan
maupun isyarat yang didasarkan pada sebuah sistem symbol. Lebih lanjut, Santrock menjelaskan bahasa
terdiri atas kata-kata yang digunakan oleh masyarakat (perbendaharaan kata) dan
aturan-aturan untuk memvariasikan dan mengombinasikan kata-kata tersebut (tata
bahasa dan sintaksis)[1].
Sedangkan menurut Soetjiningsih bahasa
sebagai suatu sistem komunikasi yang digunakan dengan sukarela dan secara
sosial di setujui bersama, dengan menggunakan simbol-simbol tertentu untuk
menyampaikan dan menerima pesan dari satu orang ke orang lain, termasuk
didalamnya tulisan, bicara, bahasa
simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim, dan seni[2].
Sebagai bagian dari kehidupan
masyarakat, bahasa memiliki sifat dan tujuan penggunaannya. Bahasa merupakan
sistem simbol yang memiliki makna, yang digunakan sebagai alat komunikasi
manusia, penuangan emosi, serta pengejewantahan pikiran dalam kehidupan sehari-hari
terutama dalam mencari hakikat kebenaran dalam hidup[3].
Pendapat lain mengatakan bahwa bahasa
adalah seperangkat simbol manasuka yang sistematis, yang simbol-simbol utamanya
adalah vokal, tetapi bisa juga visual dengan
mengonvensionalkan makna yang di rujuk untuk berkomunikasi, yang
biasanya beroperasi dalam sebuah komunitas atau budaya wicara yang pada
dasarnya untuk manusia, yang di kuasai dengan cara yang sama oleh masing-masing
individu dengan pembelajaran yang berkarakteristik universal[4].
Bahasa
merupakan alat untuk berpikir (proses
memahami dan melihat hubungan) dan alat berkomunikasi dengan orang lain yang berlangsung
dalam suatu interaksi sosial. Hal ini berarti bahasa
digunakan untuk membentuk
konsep, informasi, dan
pemecahan masalah, serta memahami
komunikasi,
pikiran dan perasaan[5].
Berdasarkan beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah suatu bentuk
komunikasi baik lisan, tulisan, maupun isyarat yang
didasarkan pada sebuah sistem simbol manasuka yang bermakna untuk menyampaikan dan menerima
pesan dari satu orang ke orang lain, serta sebagai alat
berkomunikasi dengan orang lain yang berlangsung
dalam suatu interaksi sosial.
2. Aturan dalam
Bahasa
Bahasa mempunyai sejumlah karakteristik yang
umum dan memiliki aturan-aturan. Bahasa
melibatkan lima sistem aturan, antara lain[6]:
a. Fonologi,
adalah sistem bunyi dari sebuah bahasa, termasuk bunyi yang digunakan dan
bagaimana bunyi-bunyi tersebut dapat dikombinasikan. Sebagai contoh bahasa
Inggris mempunyai bunyi sp, ba dan ar tetapi urutan bunyi zx dan qp tidaklah
ada. Istilah yang berkaitan dengan fonologi adalah fonem. Fonem
adalah satuan dasar dari bunyi dalam sebuah bahasa yang mempengaruhi makna.
b. Morfologi,
merujuk pada satuan makna yang terlibat dalam pembentukan kata. Morfem adalah
sebuah kata atau bagian dari sebuah kata yang tidak dapat dipecah menjadi
bagian yang lebih kecil yang mempunyai makna. Jika aturan mengatur fonologi
mendeskripsikan urutan bunyi yang dapat terjadi dalam sebuah bahasa, aturan
morfologi mendeskripsikan cara satuan-satuan yang mempunyai makna (morfem)
dapat dikombinasikan dengan kata-kata. Morfem mempunyai banyak tugas dalam tata
bahasa, seperti menyatakan waktu.
c. Sintaksis,
melibatkan cara mengombinasikan kata-kata untuk menyusun frase dan kalimat yang
dapat diterima. Contoh
“Budi memukul Andi”, “Andi dipukul Budi” maka dapat diketahui siapa yang
memukul dan siapa
yang dipukul dalam masing-masing kalimat,
karena terdapat sintaksis terhadap struktur
kalimat tersebut.
d. Semantik,
merujuk pada makna kata atau kalimat.
Setiap kata mempunyai seperangkat ciri-ciri semantik atau atribut-atribut yang
dibutuhkan terkait dengan makna.
e. Pragmatik,
merupakan aturan bahasa yang berhubungan dengan penggunaan
bahasa yang tepat dalam konteks yang berbeda ketika berinteraksi dengan orang
lain.
Tabel Sistem Aturan Bahasa
Sistem aturan
|
Deskripsi
|
Contoh
|
Fonologi
|
Sistem bunyi dari
bahasa. fonem adalah satuan bunyi yang terkecil dalam sebuah bahasa.
|
Kata chat memiliki
tiga fonem:/ch/a/t/. Contoh aturan fonologi dalam bahas inggris adalah bahwa
fonem /r/ dapat mengikuti fonem /t/ atau /d/ dalam sebuah gugus konsonan
dalam baha inggris (seperti track atau drab) tetapi fonem /l/ tidak dapat
mengikuti huruf-huruf ini.
|
Morfologi
|
Sistem satuan yang
memiliki makna yang terlibat dalam pembentukan kata.
|
Satuan bunyi kecil
yang memiliki makna disebut morfem, atau satuan makna. kata girl adalah satu morfem atau satuan
makna, kata tersebut tidak dapat dibagi lagi dan tetap memiliki makna. Ketika
sufiks (akhiran) ditambahkan, kata tersebut menjadi girls dan memiliki dua morfem karena s mengubah makna kata
tersebut, yang mengindikasikan bahwa terdapat lebih dari satu gadis.
|
Sintaksis
|
Sistem yang melibatkan
cara kata-kata dikombinasikan untuk menyusun frase dan kalimat yang dapat
diterima.
|
Urutan kata sangat
penting dalam menentukan makna dalam bahasa inggris. Sebagai contoh kalimat”
sebastian mendorong sepeda” memiliki makna yang berbeda dengan “Sepeda
mendorong sebastian”.
|
Semantik
|
Sistem yang melibatkan
makna kata dan kalimat
|
Mengetahui makna tiap
kata yaitu perbendaharaan kata. sebagai contoh semantik mencakup pengetahuan
atas makna kata-kata seperti orange, transportation dan itellegent.
|
Pragmatik
|
Sistem dari penggunaan
percakapan dan pengetahuan yang sesuai, mengenai bagaiamana menggunakan
bahasa secara efektif dalam konteks.
|
Contohnya adalah
penggunaan bahas sopan dalam situasi yang tepat, seperti bersikap baik ketika
berbicara dengan guru. Mengambil giliran berbicara dalam sebuah percakapan
melibatkan pragmatik.
|
Dikutip dari John W.
Santrock Psikologi
Pendidikan (Jakarta: Salemba Humanika, 2011)
|
B. Pendapat Piaget dan Vygotsky tentang Bahasa Sebagai Sistem Kognitif
Menurut pandangan Piaget dan Vigotsky perkembangan kognitif berhubungan dengan perkembangan bahasa.[7]
Hal ini dapat dilihat dari kemampuan bahasa anak yang berusia 3-5 tahun.
Berdasarkan fase perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget, anak tersebut berada
dalam fase praoperasional. Pada fase ini fungsi simbolis anak berkembang secara
pesat. Pada fase ini fungsi
simbolis, salah satunya berkaitan dengan penggunaan
kata-kata atau bahasa.
1.
Pandangan
Piaget
Piaget dengan teori perkembangan kognitifnya, memberikan
pembahasan yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak. Hal ini dikarenakan
simbol-simbol yang digunakan untuk membangun pengetahuan pada diri anak, tidak
terlepas dari bahasa, walaupun pada tahap sensori motorik Piaget menolak bahasa
sebagai penyedia struktur berpikir logis, akan tetapi tindakan-tindakan
internal pada anak[8].
Terlepas dari itu, Piaget memberikan landasan penting
mengenai proses-proses yang penting ketika anak
membangun pengetahuan mengenai dunia di sekitarnya. Proses-proses tersebut antara
lain[9]:
a. Skema.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Piaget
bahwa ketika anak berusaha membangun pemahaman mengenai dunia, otak berkembang
membentuk skema.
Inilah tindakan atau representasi mental yang mengatur pengetahuan. Teori Piaget menjelaskan
skema perilaku (aktivitas fisik) merupakan ciri dari skema masa bayi dan skema
mental (aktivitas kognitif) yang
berkembang pada masa kanak-kanak. Skema
bayi disusun melalui tindakan sederhana yang bisa dilakukan terhadap
objek-objek, seperti: menyedot, melihat
dan menggenggam. Sedangkan anak yang lebih tua mempunyai skema yang meliputi
strategi dan rencana untuk menyelesaikan masalah. Contohnya seorang anak usia 6
tahun mempunyai skema tentang pengklasifikasian seperti bentuk, ukuran dan
warna mobil.
b. Asimilasi
dan Akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika anak-anak memasukkan
infomasi baru ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Akomodasi terjadi
ketika anak-anak menyesuaikan skema yang
sudah ada agar sesuai dengan informasi dan pengalaman
baru. Contohnya ketika seorang anak usia 8 tahun diberi sebuah palu dan paku
untuk menggantung sebuah gambar di dinding. Anak
tidak pernah menggunakan palu sama sekali, tetapi dengan mengamati orang lain
melakukannya, anak
menyadari bahwa palu adalah sebuah benda untuk dipegang dapat diayunkan melalui
peganganya untuk memukul paku dan biasanya diayunkan berkali-kali. Anak menyesuaikan perilakunya
dengan skema yang telah ia miliki (asimilasi), akan tetapi palu itu berat
sehingga anak memegangnya
dibagian atas. Ketika anak
mengayunkannya terlalu keras kemudian pakunya bengkok, sehingga anak menyesuaikan tekanan yang
dikeluarkan. Penyesuaian
ini mencerminkan kemampuan anak
untuk melakukan sedikit perubahan terhadap gambarannya tentang dunia
(akomodasi) .
c. Organisasi.
Anak-anak mengatur pengalaman mereka secara
kognitif untuk mengartikan dunia mereka. Organisasi adalah cara mengelompokkan
perilaku dan pikiran yang terisolasi kedalam sebuah susunan sistem yang tinggi.
Pada anak yang telah
mempelajari berbagai cara pengunaan alat-alat, maka anak tersebut menghubungkan
kegunaan-kegunaan setiap alat atau mengorganisasikan pengetahuannya.
d. Ekuilibrasi.
Ekuilibrasi adalah
sebuah mekanisme yang menjelaskan cara anak beralih dari satu tahap pemikiran
kepada tahap berikutnya. Peralihan terjadi pada saat anak mengalami konflik
kognitif dalam memahami dunia. Ketika anak mampu mneyelesaikan konflik
tersebut, terjadilah proses equilibrium. Sebagai contoh, anak percaya bahwa
jumlah cairan berubah karena dituangkan dalam bentuk wadah yang berbeda, dari
gelas yang pendek dan lebar kepada gelas yang lebih tinggi dan sempit. Hal ini
mengindikasikan anak sedang dalam kondisi disequilibrium. Pada perkembangan
selanjutnya, anak akan mampu memahami konsep ruang dan zat cair, maka anak akan
menyelesaikan konflik kognitif dan berada pada kondisi equilibrium.
Menurut Piaget anak dalam tahap
sensorimotor belum menguasai bahasa dengan baik, karenanya anak menggunakan
gerakan-gerakan motorik untuk menyimbolkan tindakan yang dibutuhkannya[10].
Selanjutnya
pada tahap praoperasional kognitif
anak berkembang pesat pada tataran baru, yaitu simbol-simbol yang termasuk
didalamnya citraan dan kata-kata[11].
Sebagai ciri utama tahap praoperasional, aktivitas simbolik memiliki salah satu
sumber utama, yaitu bahasa yang berkembang cepat pada masa pra operasional awal
(2-4 tahun). Bahasa sudah digunakan anak usia ini untuk merekonstruksi
peristiwa yang tidak hadir lagi atau sesuatu yang telah lalu.
Piaget menambahkan, bahasa
mampu mengembangkan cakrawala
anak, karena bahasa dapat menghidupkan masa lalu, mengantisipasi masa depan,
dan mengomunikasikan peristiwa kepada orang lain. Bentuk dari penggunaan bahasa
pada masa ini belum logis dan koheren, melainkan hanya sebagai pra-konsepsi.
Anak juga belum memiliki konsep pengategorian umum, sehingga penalaran mereka
sering kali bersifat transduktif atau berpindah dari hal khusus satu kepada hal
khusus lainnya. Sebagai contoh, Jacqueline (anak Piaget yang berusia 3 tahun)
mengatakan ayah adalah seorang pria yang “memiliki banyak sifat Lucienne dan
banyak sifat Jacqueline”. Hal ini mencerminkan bahwa belum ada konsep tentang
anak-anak sebagai kategori umum yang di dalamnya nama Lucienne dan Jacqueline
sebagai bagiannya[12].
2.
Pendapat Vygotsky
Vygotsky sebagai penganut kontrukstivisme sosial memberikan
pandangan bahwa pemikiran dan pembentukann makna pada diri anak-anak dibentuk
secara sosial dan muncul dari interaksi sosial mereka dengan lingkungan[13].
Salah satu konsep populer dari Vygotsky adalah ZPD (Zone of Proximal Development),
yaitu jarak tingkat perkembangan aktual yang ditentukan secara independen,
dengan tingkat perkembangan potensial yang ditentukan lewat pemecahan masalah
dibawah bimbingan orang dewasa atau
berkolaborasi dengan teman sebaya atau yang lebih berkompeten[14].
Berbeda dengan
Piaget yang menggambarkan pikiran tunggal menyerap dan menginterpretasi
informasi mengenai dunia, Vygotsky melihat
pertumbuhan kognitif sebagai proses kolaborasi, yaitu lewat interaksi sosial.
Berbagai aktivitas dapat membantu individu menginternalisasi mode-mode
lingkungan sosial untuk berpikir dan berperilaku sehingga menbuat individu
mendapat caranya sendiri. Vygotsky meletakkan penekanan khusus pada bahasa,
tidak hanya sebagai ekspresi pengetahuan dan pikiran, tetapi juga memiliki
makna esensial untuk belajar dan mengenal dunia[15].
Pendapat Vygotsky mengenai peran sosial dalam
perkembangan anak didukung dengan penemuan atas kasus Genie, anak perempuan
berumur 13 tahun yang dikurung dan disiksa selama hidupnya tanpa berkomunikasi
atau berinteraksi dengan bahasa atau kata-kata, melainkan ayahnya yang selalu
memukul, membentak dan menggeram ketika Genie membuat keributan. Setelah
diselamatkan, dalam program rehabilitasi ekstensif Genie membutuhkan bertahun-tahun
untuk dapat mempelajari kata-kata dan berbicara dengan kalimat yang tidak
sempurna. Genie tidak belajar menanyakan pertanyaan dan tak mengembangkan
sistem bahasa yang membuatnya memahami bahasa. Selain menderita cacat
neurologis dan trauma emosi yang berat, para ahli menyimpulkan bahwa anak yang
diabaikan, dianiaya, dan tidak dipaparkan bahas dalam jangka waktu yang lama,
jarang memiliki perkembangan yang normal khususnya bahasa[16].
Baik Piaget
maupun Vygotsky, keduanya menekankan peran pembelajar dalam mengonstruksi makna
dalam kognitif mereka melalui masukan linguistik yang ada dan pentingnya
interaksi sosial dalam menciptakan sebuah sistem linguistik baru[17].
Hal ini berimplikasi pada penggunaan pembelajaran interaktif yang menekankan
interaksi sosial dan kooperatif, dengan pertimbangan bahwa kognisi muncul
dengan hal-hal tersebut.
C. Bahasa Sebagai Sistem Kognitif
Perkembangan
bahasa pada manusia layaknya perkembangan aspek-aspek lain. Pada tahun pertama
kehidupan, perkembangan bahasa sangat penting diperhatikan. Landasan
perkembangan bahasa terletak pada tahun-tahun pertama ini. Perkembangannya
melibatkan otot-otot pembentuk suara (aspek motorik) dan aspek mental
intelektual (kognitif) yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan[18].
Cameron dan Baney menjelaskan
bahwa aktivitas kognitif akan sangat bergantung
pada kemampuan berbahasa, baik secara lisan maupun tulisan, karena bahasa
adalah alat berpikir, yang di dalam
aktivitasnya menggunakan pikiran (kognitif)[19]. Aspek kognitif berkaitan
dengan otak, yaitu bagian
yang digunakan untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan dan pengertian. Bagian otak
yang berhubungan dengan kemampuan bahasa adalah hemisfer kiri. Namun Berk menyebutkan
bahwa pada pengguna tangan kidal (10 persen dari populasi) bahas kadang
tersimpan dalam otak kanan, lebih seringnya terbagi antara kedua belah otak.
Hal ini menunjukan otak orang kidal kurang terlaterisasi (spesialisasi) daripada otak kanan pengguna tangan kanan[20].
Terdapat dua
area otak kiri yang terlibat dalam bahasa, yaitu area broca dan wernicke[21].
Hal ini disasarkan pada kasus penderita aphasia, dimana hilangnya atau
berkurangnya kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak. Otopsi menyebutkan
bagian yang rusak yaitu suatu area di lobus frontal kiri otak yang mengatur
pergerakan otot yang terlibat dalam kemampuan berbicara (broca), dan suatu area di belahan kiri otak yang terlibat dalam
pemahaman bahasa (wernicke). Studi
Kellinghaus & Luders, memperlihatkan bahwa individu dengan kerusakan di area
wernicke sering kali dapat berbicara
lancar tetapi tanpa makna dan mengalami kesulitan mengartikan kata-kata[22].
Pada proses
kognitif-bahasa, informasi yang berasal dari kortek pendengaran primer dan
sekunder, diteruskan ke area wernicke. Informasi
ini kemudian dicocokkan dengan ingatan yang sudah disimpan sebelumnya. Jawaban
diformulasikan dan disalurkan oleh fasciculus arcuatus kepagian anterior otak
untuk koordinasi jawaban motorik (area broca).
Kerusakan pada bagian posterior akan mengakibatkan kelainan bahasa reseptif,
sedangkan kerusakan pada anterior akan menyebabkan kelainan pada bahasa
ekspresif[23].
Menurut teori neuropsikolinguistik,
berbahasa adalah interaksi yang kompleks antara fungsi otak, semantik dan
pragmatik, fonologi, grammar, dan organ yang memproduksi bahasa. Sistem ini
saling berhubungan, sehingga apabila salah satu mengalami masalah, akan terjadi
ganguan dalam bahasa/bicara. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada
anak yang mengalami kerusakan pada area bahasa di otak, maka fungsi berbahsa
masih dapat diambil alih oleh bagian otak lain. Hal ini dimungkinkan dengan
adanya sifat plastisitas otak yang tinggi, walaupun tes yang sangat detail akan
dapat menemukan kelainan khusus[24].
Jamaris juga menyebutkan masalah lateralisasi atau spesialisasi fungsi di
setiap belahan otak. Pada
sebagian besar individu, bicara dan
tata bahasa di tetapkan di belahan otak kiri. Namun ini tidak berarti bahwa
semua pemrosesan bahasa dilakukan di belahan kiri otak[25]. Ketika anak-anak kehilangan
sebagian besar otak kiri mereka karena kecelakaan, operasi pada penderita
epilepsi atau alasan lain dalam banyak kasus,
otak kanan bisa menyusun ulang bagiannya sendiri untuk pemrosesan bahasa yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahasa adalah suatu
bentuk komunikasi baik lisan, tulisan maupun isyarat yang didasarkan pada
sebuah sistem simbol yang bermakna untuk menyampaikan dan menerima pesan dari
satu orang ke orang lain, serta sebagai alat
berkomunikasi yang berlangsung
dalam suatu interaksi sosial.
Pandangan Piaget dan Vigotsky mengenai perkembangan kognitif berhubungan dengan
perkembangan bahasa. Menurut Piaget proses-proses yang
penting ketika anak membangun kognitif antara
lain: skema, asimilasi dan akomodasi, organisasi dan ekuilibrasi. Sedangkan Vigotsky melihat pertumbuhan kognitif sebagai
proses kolaborasi, yaitu lewat interaksi sosial. Kedua pandangan ini berimplikasi
pada penggunaan pembelajaran interaktif yang cmenekankan interaksi sosial dan pembangunan
makna.
Bahasa sebagai sistem kognitif, merupakan interaksi yang kompleks antara
fungsi otak serta organ yang memproduccksi bahasa. Sistem ini saling
berhubungan, sehingga apabila salah satu mengalami masalah, akan terjadi
ganguan dalam bahasac/bicara.
B.
Saran
Pengetahuan tentang bahasa sebagai
sistem kognitif harus dipahami para pendidik dan orang tua. Pengetahuan ini
dapat mendukung pemrioritasan pembelajaran bahasa pada tahun pertama kehidupan
anak, sekaligus menyadarkan orang tua dan pendidik arti penting pembelajaran
interaktif yang bermakna dan menekankan interaksi sosial.
DAFTAR
PUSTAKA
Berk, L. E. Development Through The
Lifespan Edisi 5 Dari Prenatal sampai Masa Remaja (Transisi Menjelang Dewasa) Terjemahan
Daryatno. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.
Brown, H. D. Prinsip Pembelajaran dan
Pengajaran Bahasa Edisi 5 Terjemahan N. Cholis dan Y. A. Pareanom. Jakarta:
Kedutaan Besar Amerika, 2008.
Crain, W. Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi Edisi 3 Terjemahan Yudi
Santoso. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Djojosuroto. Kinayati. Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Pustaka. 2006.
Jamaris.Martini. Perkembangan Dan
Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT Grasindo. 2006.
Santrock. J. W. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Salemba Humanika. 2011.
Santrock, J.W. Perkembangan Anak Edisi 11 Terjemahan Mila Rachmawati &
Anna Kuswanti. Jakarta: Erlangga, 2007.
Soetjiningsih., Ranuh, IG. N. Gde. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2012.
Susanto.Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group. 2012.
Papalia, D. E., Feldman, R. D. Menyelami Perkembangan Manusia Edisi 12 Terjemahan
F.W. Herarti. Jakarta: Salemba Humanika, 2014.
[4] H. Douglas Brown,
Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran
Bahasa Edisi V Terjemahan N. Cholis dan Y.A. Pareanom (Jakarta: Kedutaan
Besar Amerika, 2008), hal.6.
[8] William Crain, Teori Perkembangan dan Aplikasi Edisi 3
Terjemahan Yudi Santoso (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal.184.
[15] Diane E. Papalia
dan Ruth Duskin Feldman, Menyalami
Perkembangan Manusia Edisi 12 Terjemahan F.W. Herarti (Jakarta: Salemba
Humanika, 2014), hal.37.
[20] Laura E. Berk. Development Through The Lifespan Edisi 5
Dari Prenatal Sampai Masa Remaja Terjemahan Daryatno (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2012), hal.286.
[21] John
W Santrock, Perkembangan Anak
Edisi 11 Terjemahan Mila Rachmawati dan Anna Kuswanti (Jakarta: Erlangga,
2007), hal.370.
[25] Martini Jamaris. Perkembangan
dan Pengembangan Anak Usia
Taman Kanak-Kanak. (Jakarta:
PT Grasindo, 2006), hal.33.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar