ICT
IN SCHOOL
Infrastruktur
ICT Di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama
Untuk
Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah TIK
Dosen
Pengampu: Dr. Khaerudin, M.Pd.
Disusun Oleh:
Akmillah Ilhami (7516167706)
Amat Hidayat (7516167985)
Aulia Humaimah S. (7516167242)
Desri Yanti (7516167989)
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Makalah “ICT In School mengenai Infrastruktur ICT Di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama”
Penulis menyadari makalah
ini masih memiliki banyak kekurangan oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini
Akhir kata penulis ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
menyertai segala usaha kita. Amin
Jakarta,
Januari 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR
ISI................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah...........................................................
1
B.
Rumusan masalah.....................................................................
2
C.
Tujuan Penulisan.......................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Konsep
Dan Fungsi ICT dalam Pendidikan...........................
3
B.
Layanan Konsultasi TIK.............................................................
4
C.
TIK dan Pendanaan....................................................................
8
D.
Pemeliharaan TIK, dukungan
teknis, dan Kerusakan.........
9
E.
Akses Ke Komputer.....................................................................
12
F.
Penggunaan Komputer di Sekolah-Sekolah......................... 15
G.
Lingkungan Pembelajaran Online...........................................
22
H.
Peran guru TIK.............................................................................
27
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................. 28
B.
Saran ........................................................................................... 28
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 29
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) saat ini sangat berkembang di masyarakat. Umumnya Teknologi
Informasi adalah sebuah teknologi yang dipergunakan untuk mengelola data,
meliputi didalamnya: memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi
data dengan berbagai macam cara dan prosedur gunak menghasilkan informasi yang
berkualitas dan bernilai guna tinggi. Perkembangan TIK pun terus meningkat
seiring dengan meningkatnya kebutuhan manusia. Dengan adanya teknologi
informasi dan komunikasi dapat memudahkan kita untuk belajar dan mendapatkan
informasi yang kita butuhkan dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja.
Teknologi Informasi dan
Komunikasi seakan telah mendarah daging didalam diri setiap manusia di era ini,
Teknologi Informasi dan Komunikasi yang telah menglobal mampu mencakupi segala
aspek yang ada dalam kehidupan. Seiring dengan kemajuan teknologi yang
mengglobal telah terpengaruh dalam segala aspek kehidupan baik di bidang
ekonomi, politik, kebudayaan, seni dan bahkan di dunia pendidikan. Dalam bidang
pendidikan, TIK banyak memiliki peranan. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang
tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan
berjalan sesuai dengan kemajuanm ilmu pengetahuan.Teknologi Informasi seakan
telah menjadi pengalihfungsian buku, guru dan sistem pengajaran yang sebelumnya
masih bersifat konvensional. Teknologi informasi menyebabkan ilmu pengetahuan
menjadi kian berkembang dan berkembang. Setiap inovasi diciptakan untuk
memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan,
serta sebagai cara baru dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang
teknologi informasi sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh
inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun, TIK
juga memiliki banyak kekurangan. TIK tidak hanya memberikan dapak positif,
namun juga memiliki dampak negative terhadap kehidupan, salah satunya yang
menonjol adalah di bidang pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini antara lain :
1. Bagaimana
Konsep dan Fungsi ICT dalam Pendidikan?
2. Bagaimana Layanan Konsultasi TIK?
3. Bagaimana
TIK dan Pendanaan?
4. Bagaimana
Pemeliharaan TIK, dukungan teknis, dan Kerusakan?
5. Bagaimana
Akses Ke Komputer?
6. Bagaimana
Penggunaan Komputer di Sekolah-Sekolah?
7. Bagaimana Lingkungan
pembelajaran Online?
8. Bagaimana Peran guru TIK di Sekolah?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui Konsep dan Fungsi
ICT dalam Pendidikan?
2. Untuk
mengetahui Layanan Konsultasi TIK?
3. Untuk
mengetahui TIK dan Pendanaan?
4. Untuk
mengetahui Pemeliharaan TIK, dukungan
teknis, dan Kerusakan?
5. Untuk
mengetahui Akses Ke Komputer?
6. Untuk
mengetahui Penggunaan Komputer di Sekolah-Sekolah?
7. Untuk
mengetahui
Lingkungan pembelajaran Online?
8. Untuk
mengetahui Peran guru TIK di Sekolah?
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A.
Konsep
dan Fungsi ICT dalam Pendidikan
Partisipasi
anak usia sekolah 7-12 tahun siswa untuk mengikuti pendidikan masih dibawah
80%. Tidak meratanya penyebaran sarana dan prasarana pendidikan/sekolah, sebagai contoh; tidak semua sekolah memiliki
telepon, apalagi koneksi internet. Masih adanya kesenjangan kualitas pendidikan
antara kota dengan desa-desa di daerah terpencil. Secara umum masih terdapat
kesenjangan antara daerah Indonesia barat dengan daerah Indonesia timur.
Penilaian kualitas pendidikan Indonesia menduduki ranking 112 dari 175 negara
(jauh berada di bawah Malaysia dan Bangladesh). Dan hal tersebut diakibatkan
karena kualitas tenaga pendidik masih perlu ditingkatkan. Saat ini jumlah guru
yang ada adalah 2.692.217, dari jumlah tersebut yang memenuhi syarat sertifikasi
727.381 orang atau sekitar 27%, sehingga diperlukan sekitar 1.964.836 atau 73%
guru yang harus itingkatkan kualifikasi pendidikan dan profesionalismenya. Dan
yang juga menjadi masalah adalah rendahnya tingkat pemanfaatan ICT di sekolah (Digital Divide).
ICT
dapat menunjang optimalisasi sekolah, karena potensi ICT cukup besar,
diantaranya (1).Memperluas kesempatan belajar, (2) Meningkatkan efisiensi, (3)
Meningkatkan kualitas belajar, (4) Meningkatkan kualitas mengajar, (5)
Memfasilitasi pembentukan keterampilan, (6) Mendorong belajar sepanjang hayat
berkelanjutan, (7) Meningkatkan perencanaan kebijakan dan manajemen, (8)
Mengurangi kesenjangan digital.
Begitu
besar peran ICT dalam pendidkan sehingga secara khusus pemerintah dalam
Pustekkom Diknas membagi peran ICT di sekolah modern menjadi 7 peran sekaligus
sebagi pilar pendidikan. Ke-7 peran ICT tersebut yaitu :
1. ICT sebagai gudang ilmu pengetahuan.
Artinya dengan ICT sumber ilmu pengetahuan menjadi begitu kaya bahkan melimpah,
baik ilmu pengetahuan inti (core content) dalam pelajaran sekolah maupun
sebagai materi pengaya pembelajaran (content suplement).Pada fungsi ini
internet memiliki peran besar sebagai sumber ilmu pengetahuan yang dapat
diakses secara luas yang didalamnya telah terkoneksi denga ribuan perpustakaan
digital, jutaan artikel/jurnal, jutaan e-book, dan lan-lain.
2. ICT sebagai alat bantu pembelajaran.
Artinya bahwa pembelajaran saat ini lebih mudah dengan bantuan ICT, untuk
menghadirkan dunia di kelas dan dapat disajikan kepada seluruh siswa melalui
peralatan ICT seperti multimedia dan media pembelajaran hasil olahan komputer
seperi poster, grafik, foto, gambar, display, dan media grafis yang lainnya.
Pemanfaatan CD Interaktif, Video Pembelajaran, Multimedia presentasi,
e-learning termasuk pada bagian ini.
3. ICT sebagai fasilitas pendidikan.
Dalam hal ini ICT sebagai saran yang melengkapi fungsi sekolah sebagai lembaga
pendidikan, terutama fasilitas-fasilitas yang bernuansa elektronik seperti
labolatorium komputer, peralatan di laboratorium bahasa, raung multimedia,
studio rekaman suara, studio musik, studio produksi video dan editing.
4. ICT sebagai standar kompetensi.
Artinya ICT sebagai mata pelajaran yang kita kenal Mata Pelajaran TIK. Mata
pelajaran ini berisi standar kompetensi,
B.
Layanan Konsultasi TIK
Layanan konsultasi TIK didanai oleh NCTE tetapi dikelola dan dilaksanakan
oleh dua puluh satu pusat pendidikan di seluruh negeri. Tujuannya adalah untuk
mendukung pelaksanaan TIK di Sekolah Initiative (lihat bab 1) di tingkat lokal
dan membantu membangun basis pengetahuan tentang praktik yang baik dalam
kaitannya dengan TIK di sekolah-sekolah.
Salah satu elemen dari layanan konsultasi adalah penyediaan satu full-time
konsultasi TIK, serta satu asisten administrasi TIK, di setiap pusat pendidikan.
Peran konsultasi TIK 'terutama berkaitan dengan memberikan saran pedagogis dan
dukungan kepada sekolah-sekolah dan juga (pada tingkat lebih rendah) teknis
sarandan dukungan. Kegiatan konsultasi TIK dipantau oleh NCTE. Dalam survei
nasional guru sejumlah pertanyaan diajukan untuk memperoleh pandangan tentang
tingkat dan kualitas interaksi antara sekolah dan layanan konsultasi. Selain
itu, inspektur meminta kepala sekolah, koordinator TIK dan guru selama lima
puluh-dua evaluasi sekolah studi kasus tentang interaksi sekolah dengan layanan
konsultasi.
Dalam kuesioner mereka, guru ditanya apakah mereka sadar akan layanan
konsultasi TIK dipusat pendidikan lokalmereka. Kurang dari setengah (48%) dari
1.162 guru sekolah dasar melaporkan bahwa mereka menyadari layanan. Kesadaran
di kalangan guru SMP bahkan lebih rendah, dengan hanya 37% dari 800 responden
melaporkan bahwa mereka menyadari layanan.
Survei menemukan perbedaan yang cukup besar dalam tingkat kesadaran guru (SD
dan SMP) di berbagai bagian negara. Selanjutnya, di tingkat SMP ditemukan bahwa
kesadaran layanan juga bervariasi antara guru bidang studi yang berbeda, dengan
tingkat terendah kesadaran tercatat di antara guru mata pelajaran ilmu terapan.
Survei mengungkapkan bahwa 63% responden dari guru sekolah dasar menyadari
bahwa layanan konsultasi yang ditawarkan program TIK sepenuhnya didanai melalui
pusat pendidikan setempat. Angka ini turun menjadi sedikit lebih dari setengah
(52%) dari semua responden di tingkat SMP. Pada guru IPS kelasI mata pelajaran
(Sejarah, Geografi, Seni, Kerajinan,Kesenian dan Musik) yang paling sadar bahwa
program tersebut ditawarkan, dengan 57% dari guru-guru melaporkan kesadaran
ini. Kelompok ini diikuti oleh guru Matematika (56%), Inggris (55%), dan bahasa
(54%). Guru Irlandia (42%) dan mata pelajaran ilmu pengetahuan terapan (37%)
adalah yang paling menyadari bahwa layanan yang ditawarkan program ini.
Secara umum, angka-angka ini menunjukkan variasi substansial dalam tingkat
kesadaran di antara guru dan menyarankan bahwa ada ruang yang cukup untuk
layanan mempromosikan dirinya lebih keras di antara sekolah-sekolah. Dalam
mencari cara untuk mempromosikan peningkatan tingkat kesadaran dukungan yang
menawarkan, layananharus mempertimbangkan strategi yang berlaku sama untuk
sekolah dasar dan SMP di semua wilayah. Pada tingkat SMP, strategi harus
termasuk semua guru, yaitu terlepas dari keahlian subjek.
Dari 48% guru SD yang melaporkan kesadaran layanan konsultasi TIK, beberapa
46% (22% dari seluruh responden SD) melaporkan telah pernah menggunakannya.
Pada tingkat SMP, dari 37% dari guru yang melaporkan kesadaran layanan hanya
41% (15% dari seluruh responden pada tingkat ini) pernah menggunakannya. Ini
relatif rendah digunakan di kalangan guru-guru yang menyadari layanan. Adapun sejumlah
faktor yang mempengaruhi, antara lain:
1. kurangnya
pengetahuan pada sebagian guru terhadap layanan yang ditawarkan
2. sulit bagi
guru untuk mendapatkan akses ke layanan
3. adanya jarak
antara guru atau sekolah dari pusat pendidikan terdekat
4. kurangnya
waktu bagi guru untuk terlibat dengan layanan.
Survei juga menanyakan guru yang telah terlibat dengan layanan konsultasi
untuk menilai layanan yang mereka terima. Iinformasi, dan ketersediaan,TIK program
mencapai peringkat kepuasan yang tinggi, dengan 92% dari SD dan 84% guru SMP
yang menyatakan bahwa kualitas layanan yang diterima adalah baik
"baik" atau "sangat baik. "kualitas"saran teknis yang
diberikan oleh konsultasi TIK "juga mencapai peringkat kepuasan relatif
tinggi, dengan 76% dan 75% dari guru sekolah dasar dan SMP, masing-masing,
melaporkan aspek layananuntuk menjadi" baik "atau" sangat baik. Saran
yang ditawarkan oleh konsultasi TIK pada penggunaan kelas TIK "juga
mencapai peringkat tertinggi, dengan 68% dan 69% dari guru sekolah dasar dan SMP,
masing-masing, peringkat aspek ini sebagai" baik "atau" sangat
baik."
"Sekolah kunjungan oleh konsultasi TIK" menerima peringkat
kepuasan yang lebih rendah. Beberapa 58% dari kedua 239 guru SD dan 114 guru SMP
yang melaporkan telah mendapatkan layanan ini dengan rating"baik"
atau "sangat baik". Wajar bahwa 42% dari para guru SD dan SMP yang
telah menerima kunjungan sekolah merasa bahwa layanan yang diterima adalah baik
"adil" atau "miskin." Temuan ini menunjukkan bahwa sifat
pekerjaan yang dilakukan oleh penasehat TIK selama sekolah kunjungan harus
ditinjau,mungkin bekerjasama dengan sekolah itu sendiri, untuk memastikan bahwa
manfaat maksimal untuk hasil sekolah dan guru dari setiap kunjungan dilakukan.
Pada tingkat SMP, guru mata pelajaran ilmu terapan dan ilmu sosial kelas II
kelompok mata pelajaran (Pendidikan Agama, Pendidikan Jasmani, CSPE, dan SPHE)
cenderung memberikanyang lebih positif penilaianuntuk layanan penarikan dari
dari guru mata pelajaran lain. Guru Studi Bisnis memberikan peringkat terendah,
khususnya untuk saran teknis, saran pada penggunaan kelas TIK, dan kunjungansekolah
oleh konsultasi TIK. Mengingat temuan ini, itu akan menjadi penting bagi NCTE
dan layanankonsultasi TIK untuk memastikan bahwa layanan di tingkat SMP
memperhitungkan kebutuhan mata pelajaran yang berbeda guru.
Umumnya tingkat kesadaran rendah pekerjaan layanan konsultasi dikonfirmasi
oleh temuandari evaluasi studi kasus sekolah. NCTE dan cuiditheoirà melekat
pada layanan kurikulum utama dukungan (PCSP) dan perencanaan pengembangan
sekolah (SDP) untuk membantu sekolah (i) untuk menyediakan staf yang
berkemampuan di bidang TIK, (ii) untuk mengembangkan kebijakan TIK dan (iii)
untuk mengeksplorasi cara-cara di mana TIK dapat diintegrasikan dalam proses
belajar mengajar di sekolah.
Hampir setengah dari dua puluh evaluasi yang dilakukan di tingkat SMP
mengacu kepada konsultasi, layanan dan orang-orang yang melakukan,
sekitar setengah lagi berkomentar pada tingkat yang relatif rendah dari
interaksi yang ada antara sekolah dan layanan. Salah satu inspektur
berkomentar:Ada tingkat yang relatif rendah dari interaksi dengan layanan
konsultasi TIK yang tersedia dipendidikan pusatsetempat.Hal ini mengejutkan
mengingat kedekatan sekolah ke pusat pendidikan. Disarankan bahwa layanan ini
digunakan lebih luas.
Dalam satu laporan sekolah dasar juga disebutkan bahwa "tidak adanya
konsultasi TIK dilokalpusat pendidikanuntuk mendukung sekolah dan mempromosikan
proyek-proyek TIK" dipandang sebagai faktor yang membatasi pembangunan TIK
di sekolah. Ini juga dipengaruhi sekolah SMP setempat.
Meskipun tingkat umumnya rendah dari keterlibatan guru dengan layanan
konsultasi, ada contoh kepuasan dengan layanan di beberapa studi kasussekolah.
Satulaporansekolah dasar menyebutkan bahwa sekolah telah terlibat konsultasi
TIK untuk membantu dalam penggunaan proyektor data dalam sekolah. Sekolah juga
telah terlibat dalam proyek melalui [lembaga teknologilokal] dengan bantuan dari
konsultasi TIK. Di SMP masih rendah dalam interaksi dengankonsultasilayanankarena
penyediaan TIK di sekolah telah berkembang ke titik dimana ia merasa bahwa
dukungan dari layanan ini tidak lagi diperlukan.
Analisis survei guru menunjukkan bahwa kesadaran layanan penasihat itu jauh
lebih tinggi di antara koordinatorTIK dari guru-guru lain, dan bahwa koordinator
TIK jugacenderung lebih sering memanfaatkan layanan. Tingginya tingkat
kesadaran dan pola yang kuat dari hubungan dengan NCTE dan penasehatlayananTIK
antara koordinatorTIK yang mencerminkan sifat pekerjaan koordinator di
sekolah-sekolah. Tingkatkomunikasi dapat dianggap sebagai indikator praktek
yang baik, dan koordinator relevan, mendorong kelas dan guru mata pelajaran di
sekolah harus terlibat denganNCTE dan jasa terkait lainnya.
C.
TIK dan Pendanaan
Masalah investasi Nasional yang berkaitan dengan TIK dalam pendidikan
selama beberapa tahun terakhir dijelaskan dalam bab 1. Pemeriksaan masalah
pendanaan TIK di sekolah masing-masing adalah bukan prioritas evaluasi ini:
prioritaslebih peduli dengan isu-isu pedagogis. Namun, sekolah berulang
kalimengangkatisu pendanaan selama evaluasi, terutama dalam evaluasi studi
kasussekolah.
Itu jelas dari evaluasi studi kasus sekolah yang hibah TIK diterima oleh
sekolah melalui skema DES yang relevan telah mendorong sekolah untuk menginstal
atau meng-upgrade sistem TIK mereka. Dalam beberapa laporan alasan penundaan yang
dikutip, seperti sekolah disetujui untuk proyek pembangunan yang signifikan,
sementara sisanya tidak ada alasan untuk kurangnya kemajuan yang ditawarkan.
Meskipun mengakui manfaat dari hibah yang diterima, sekolah umumnya
dilaporkan menghabiskan lebih dari TIK daripada yang mereka terima dalam bentuk
hibah. Laporan evaluasi secara teratur disebut bagaimana sekolah telah ditambah
dukungan keuangan yang diterima melalui NCTE dengan dana swasta; sedikit kurang
setengah dari tiga puluh dua laporan evaluasi sekolah dasar, misalnya,
menyatakan bahwa bantuan keuangan untukpengembangan sistem TIK mereka juga
diterima dari sumber lain. Masalah ini (disebut juga dalam bab 1) secara khusus
ditekankan di sekolah studi kasus selama wawancara dengan kepala sekolah dan koordinator
TIK. Satu laporan sekolah SMP berkomentar:
Sekolah ini pada stadium lanjut dalam pengembangan TIK untuk mengajar dan
belajar. Fasilitas standar yang tinggi dan meningkatkan. Akses sekolah untuk
dana swasta memainkan peran besar dalam prestasisampai saat ini, dan di masa
depan.
Sumber yang paling sering dilaporkan dari dana swasta di kedua sekolah
dasar dan SMP adalah penggalangan dana oleh 'dewan atau orang tua kelompok.
Selain itu, di tingkat SD itu juga umum bagi siswa untuk terlibat dalam
kegiatan penggalangan dana. Sekolah dasar juga melaporkan menerima kontribusi
dari peralatan bekas TIK dari bisnis dan institusi-tingkat ketiga dan peralatan
diterima sebagai hadiah dalam kompetisi. Pengeluaran tambahan ini pada TIK
menampilkan komitmen tertentu dengan sekolah untuk menyediakan siswa dengan
akses ke TIK. Ada bahaya bahwa dalam mengandalkan sumber pendanaan sekolahswasta
tertentu mungkin menguntungkan. Beberapa siswa, misalnya,kemungkinan akan
ditempatkan pada kerugian relatif terhadap orang lain jika komunitas sekolah
mereka tidakmenyediakan dana tambahan untuk sekolah dalam membeli komputer.
Pengeluaran dana pada sekolah-sekolah swastabenar-benar bisa memberikan
kontribusi untuk pelayanan di masyarakat. Meluasnya penggunaan dana swasta
menunjukkan bahwa permintaan untuk peralatan TIK melebihi apa yang dapat
dipenuhi dari hibah masyarakat.
D.
Pemeliharaan TIK, dukungan teknis, dan Kerusakan
Masalah yang terkait dengan kurangnya dukungan teknis dan pemeliharaan yang
dalam respon survei nasional dari kepala sekolah dan guru.Komentar-komentarresponden
memberikan wawasan ke dalam kompleksitas yang dihadapi oleh beberapa sekolah
mengenai masalah TIK. Salah satu kepala sekolah SD menyatakan bahwa
"masalah terbesar yang dihadapi adalah kurangnyateknis dalam TIK.
Perusahaan IT terdekatharus memberikan dukungan peralatan untuk perbaikan
dalam TIK. Kepala sekolah SD lain menyebutkan bahwa " sulit untuk
mengakses di daerah pedesaan terpencil, dan itu sangat mahal. DES harus
memberikan back-up di setiap kabupaten. "Seoranggurumenulis bahwa"
peralatan multimedia, laptop dan papan tulis interaktif telah disediakan oleh
Hub Digital, harus ada dukungan keuangan untuk pemeliharaan." Masalah
sekolah ini bukannya kurangnya sumber daya tetapi kurangnya cara yang efisien
untuk menjaga pemeliharaan TIK. Pada tingkat SMP, salah satu kepala sekolah
kejuruan (0-399 siswa) menulis:Semua peralatan IT di sekolah sudah tua
(pra-1999) dan terus memberikan kesulitan. Kami tidak memiliki keahlian teknis
antara staf sehingga pemeliharaan menjadi masalah. Guru yang frustrasi dalam
penggunaan TIK menjadi pengalaman negatif bagi siswa dan guru.
Studi kasus semua sekolah secara konsisten melaporkan bahwa pemeliharaan,
upgrade dan dukungan teknis peralatan TIK mereka adalah penyebab ketegangan
besar, dan memerlukan anggaran yang signifikan. Kurang dari tiga puluh dua
sekolah dasar dievaluasi telah membuat ketentuan untuk dukungan teknis dan
pemeliharaan perangkat keras mereka, sementara sedikit kurang dari setengah
dari dua puluh sekolah telah dikunjungi memiliki kontrak pemeliharaan dengan
kontraktoreksternal. Yang memiliki tanggung jawab untuk memelihara TIK
adalah kepala sekolah, anggota staf lain atau anggota dewan manajemen. Alasan
yang ditawarkan oleh sekolah-sekolah dasar yang tidak memiliki skema
pemeliharaan TIK termasuk: biaya; fakta bahwa infrastruktur TIK begitu kecil
bahwa ukurannya tidak menjamin skema pemeliharaan formal; dan fakta bahwa tidak
ada anggota staf yang memiliki keterampilan atau keahlian yang relevan.
Kontrak pemeliharaan di tingkat SMP umumnya mensyaratkan konsultan IT atau
teknisi mengabdi satu atau dua hari per-bulan untuk mempertahankan sistem TIK
sekolah. Ko-ordinator TIKbiasanya bertanggung jawab menjadi penghubung dengan
kontraktor. Layanan tidak ideal, karena kurangnya layanan panggilan yang sama
perhari, kontrak tersebut tampak untuk membantuini sekolah-sekolahdalam menjaga
sistem TIK mereka utuh. Di sekolah yang tidak memiliki kontrak itu biasanya
koordinator TIK yang memiliki tanggung jawab untuk beberapa, jika tidak semua,
dari pemeliharaan infrastruktur TIK.
Sekolah dengan tidak ada sistem pemeliharaan perangkat keras menyatakan
bahwa ini bertindak sebagai hambatan yang signifikan terhadap perkembangan TIK
di sekolah mereka. sekolah-sekolah dianjurkan memiliki kebijakan pemeliharaan
TIK.
Masalah kerusakan juga ditemukan menjadi masalah yang signifikan bahwa yang
diperlukansekolah yaitu penanganan secara teratur. Satu laporan evaluasi SMP
menyatakan:Ada banyak peralatan yang rusak di sekolah. Laptop tampaknya
bermasalah. Peralatan TIK di kantor kepala sekolah dan wakil kepala sekolah telah
lama dan sebagian besar tidak digunakan.
Kerusakan tampaknya menjadi masalah yang lebih besar di SD dari pada
tingkat SMP. Pengawas mengacu kepada usia komputer yangdigunakan kurang dari
setengah studi kasus utama tiga puluh laporan sekolah dibandingkan dengan hanya
laporan beberapaSMP. Di beberapa sekolah dasar dilaporkanbahwa "sebagian
besar komputer desktop " atau "beberapa perangkat keras tidak lagi
bekerja." Salah satu laporan menyebutkan bahwa "komputer tidak tampak
berfungsi pada saat evaluasi, "sementara yang lain menyatakan bahwa,
meskipun" cukup besar investasi yanguntuk saat ini, sebagian besar
hardware di sekolah ini cukup lama. "beberapa laporan menarik perhatian fbahwa
"beberapa perangkat lunak tidak sesuai dengan komputer tertentu"
karena hardware itu begitu tua.
Secara bersama-sama, laporan ini melukiskan gambaran sekolah memiliki
kerusakan komputer dan harus dibuang. Temuan ini didukung oleh hasil sensus
NCTE (2005), yang menemukan bahwa "29% dari komputer di sekolah dasar, 19%
di SMP dan 21% di sekolah khusus yang berusia lebih dari 6 tahun." Dalam
laporan bahwa dimaksud kerusakan itu kadang-kadangmenyatakan bahwa masalah ini
dapat dikurangi jika komputer yang digunakan itu kompatibel dengan spesifikasi
mereka. Secara khusus teknis komputer yang tidak dapat digunakan, biasanya
dianjurkan dibuang (sejalan dengan praktek yang tepat) Penuaan Profil perangkat
keras, kurangnya kompatibilitas antara perangkat keras dan perangkat lunak dan
pengembangansistem jaringan membawa masalah dukungan teknis dan pemeliharaan
lebih kedepan.
Secara umum, sekolah tidak memiliki keahlian dalam staf mereka sendiri
untuk mempertahankan sistem TIK mereka. Di mana sekolah telah menetapkan
kontrak pemeliharaan dengan perusahaan IT, di sisi lain, ini memilikidampak
negatif pada anggaran mereka dan khususnya pada tingkat pengeluaran mereka
mampu untuk membeli peralatan komputer. Salah satu kepala sekolah SMP (400-599
siswa) menanggapi dalam kuesioner:Masalah utama yang terjadi di daerah IT
adalah kebutuhan untuk bantuan teknis yang sedang berlangsung. Satu guru
(anggota staf paruh waktu) memiliki alokasi dua jam per-minggu tapi ini hanya
mampu melayanidasar kebutuhan staf menggunakan kamar dan fasilitas.
Sekolah memiliki penyedia layanan IT tapi ini mahal dan sementara pelayanan
yang baik yang diberikan itu akan menjadi jauh lebih efisien untuk memiliki
teknisi di situs atau setidaknya dibagi antara dua sekolah. Dukungan bidang
teknis harus dinilai dan didukung jika kita ingin maju dengan meningkatnya
penggunaan TIK di seluruh kurikulum.
Peningkatan yang sesuai dalam hibah DES mahasiswa kapitasi yang dibayarkan
ke sekolah-sekolah atau hibah langsung dapat digunakan sebagai alat perabotan
sekolah dengan dana TIK upgrade tahunan. Ini akan menjadi penting untuk memastikan
bahwa anggaran tersebut disediakan untuk penggunaan khusus ini. Tujuan dari
anggaran ini harusberurusan dengan TIK kerusakan sehingga untuk memastikan
bahwa infrastruktur TIK tidak diperbolehkan untuk menjadi kerusakan. Saran
mengenai pengeluaran anggaran tahunan ini bisa dicari dari NCTE atau instansi
terkait lainnya.
Jelas juga bahwa masalah pemeliharaan di sekolah perlu ditangani
terkoordinasi secarapada tingkat sistem sehingga semua sekolah bisa
mendapatkan keuntungan dari memiliki infrastruktur yang aman dan handal yang
akan mendukung integrasi TIK di seluruh sekolah. Sebuah strategi diperlukan
untuk memastikan bahwa pemeliharaan TIK dan dukungan layanan yang komprehensif
tersedia untuk sekolah-sekolah. Berbagai model dimana layanan ini dapat
disampaikan kebutuhan untuk dieksplorasi.
E. Akses Ke Komputer
Secara umum, survei guru menemukan bahwa baik sekolah yang
menyediakan guru dan siswa dengan akses tingkat tinggi ke fasilitas komputer.
1.
Akses Oleh Guru
Akses guru di tingkat sekolah dasar, seperti yang
digambarkan dalam gambar. 1.1, sudah disediakan guru sendiri dalam ruang kelas,
dengan 86% dari guru yang disurvei melaporkan ini menjadi kasus. Sebuah tingkat
yang sama dilaporkan memiliki akses ke komputer mereka sendiri di rumah. Kurang
lebih dari sepertiga (29%) dari guru, melaporkan bahwa akses diberikan di ruang
staf. Angka ini rendah sehubungan kamar staf tidak diragukan lagi dipengaruhi
oleh kenyataan bahwa banyak sekolah dasar kecil tidak memiliki sebuah ruangan.
Gambar 1.1: akses ke komputer oleh guru
SD
Sedikit kurang dari seperempat sekolah dasar (24%)
menyediakan guru-guru dengan fasilitas komputer untuk digunakan di rumah
(misalnya komputer laptop). Dukungan jenis ini ditemukan sedikit lebih tinggi
untuk guru kelas atas (29% dari guru kelas senior yang) dibandingkan dengan guru
kelas junior (21%). Guru SD juga melaporkan bahwa hanya 10% dari kelas memiliki
akses ke komputer sekolah mereka di luar jam kelas.
Akses ke fasilitas komputer bagi guru di tingkat SMP,
seperti yang ditunjukkan pada gambar. 3.3, terutama melalui ruang staf (85%
guru), tetapi proporsi yang signifikan (34%) menyatakan bahwa mereka memiliki
akses di dalam kelas mereka. Ditemukan bahwa akses di kelas tertinggi untuk
guru mata pelajaran ilmu pengetahuan (66%), mata pelajaran ilmu pengetahuan
terapan (43%), dan matematika (41%). Guru bahasa inggris (21%), bahasa asing
(17%) dan irlandia (14%) yang paling mungkin untuk memiliki akses di dalam
kelas mereka. Banyak sekolah telah memilih untuk memberikan prioritas untuk
memasok kelas khusus mereka dengan peralatan komputer, dalam preferensi untuk
kelas umum, meskipun sifat dari subyek dan keahlian dari para guru juga mungkin
menjadi faktor penjelas.
Gambar
1.2: akses ke komputer oleh guru SMP
Survei tersebut juga menemukan bahwa sekolah dengan scr
rendah lebih mungkin untuk memberikan guru-guru mereka dengan akses ke komputer
di kelas mereka (41%) dari sekolah dengan secara tinggi (30%). Sangat mungkin
bahwa sekolah dengan scr tinggi berkonsentrasi peralatan TIK mereka dalam satu
atau lebih daerah di sekolah (misalnya ruang komputer), sebagai lawan
menyebarkannya tipis seluruh sekolah (misalnya satu atau dua komputer di ruang
kelas umum). Hal ini juga diperhatikan bahwa 90% guru SMP dilaporkan menggunakan
komputer di rumah mereka sendiri untuk kegiatan sekolah. Bagaimanapun dukungan
dari sekolah mereka, adalah rendah, dengan hanya 18% dari guru dilengkapi
dengan fasilitas komputer dengan sekolah mereka (misalnya laptop untuk
digunakan di rumah).
2.
Akses Oleh
Siswa
Dalam lima-tahun terakhir lima kelas siswa di lima puluh
dua sekolah studi kasus yang berpartisipasi dalam evaluasi (32 SD, 20 SMP) juga
ditanya tentang di mana mereka memiliki akses ke komputer. Semua 437 responden
di tingkat dasar, seperti yang ditunjukkan pada gambar. 3.4, dilaporkan
memiliki akses ke komputer di sekolah, tetapi akses di rumah kurang, pada 86%.
Akses juga dilaporkan dari tempat-tempat lain, seperti perpustakaan atau rumah
teman atau kerabat.
Gambar 1.3: Akses ke Komputer Dengan
Siswa Kelas Lima
Lebih dari tiga perempat (79%) dari siswa yang disurvei
di tingkat SD melaporkan bahwa mereka telah menggunakan komputer selama tiga
tahun atau lebih. Penggunaannya sering dilaporkan sebagai: 79% melaporkan
menggunakan komputer setidaknya dua atau tiga kali seminggu di rumah, sementara
88% dilaporkan menggunakan komputer setidaknya dua atau tiga kali seminggu di
sekolah. Siswa melaporkan bahwa komputer di kelas mereka, dan umumnya digunakan
secara individual atau berpasangan. Empat dari lima siswa sekolah dasar (82%)
menyatakan bahwa menggunakan komputer membantu mereka dengan pekerjaan sekolah
mereka. Hal ini terutama melalui penggunaan internet untuk proyek-proyek. Hanya
39% dilaporkan menggunakan komputer rumah mereka untuk membantu mereka mengerjakan
pekerjaan rumah. Sebuah proporsi yang sangat tinggi (97%) dari 450 responden
mahasiswa tahun kelima, seperti yang ditunjukkan pada gambar. 3,5, menyatakan
bahwa mereka memiliki akses komputer di sekolah. Sebuah proporsi yang tinggi (89%)
juga menyatakan bahwa mereka memiliki akses komputer di rumah. Di luar sekolah
dan rumah ada juga mengakses di tempat lain, seperti perpustakaan lokal, kafe
internet, atau rumah teman.
Meskipun dapat dikatakan bahwa siswa tahun kelima umumnya
memiliki tingkat akses komputer di sekolah, survei juga menemukan bahwa sekitar
50% menggunakan komputer di sekolah setidaknya sekali seminggu. Ini adalah
sedikit lebih rendah dari penggunaan komputer di rumah, di mana 62% dari siswa
melaporkan menggunakan komputer setidaknya sekali seminggu. Menariknya, survei
juga menemukan bahwa siswa di sekolah dengan scr tinggi dilaporkan menggunakan
komputer hanya sesering siswa di sekolah.
F. Penggunaan Komputer di Sekolah-Sekolah
Survei dari kepala sekolah mengungkapkan bahwa 38% dari
sekolah dasar memiliki setidaknya satu ruang komputer dan 62% dari sekolah
menyediakan fasilitas TIK di kelas saja. Hal ini juga mengungkapkan bahwa 10%
tersedia fasilitas seperti di ruang komputer saja, sedangkan 28% tersedia
fasilitas ini di kedua ruang kelas dan ruang komputer. Pada tingkat SMP, hampir
semua sekolah memiliki minimal satu ruang komputer, dan komputer lama di
sekolah-sekolah ini terbatas terutama untuk kamar mereka. Evaluasi ditemukan,
bagaimanapun, bahwa sekolah SMP semakin bergerak ke arah menyediakan daerah
lain dengan fasilitas komputer.
Pada tingkat dasar ini berkisar antara empat komputer di
salah satu sekolah dua-guru untuk empat puluh delapan di sekolah 23- guru. Secara
untuk tiga puluh dua sekolah yang dikunjungi bervariasi secara signifikan, dari
optimal dari 2: 1 di sekolah dua-guru kecil untuk 16: 1 di sekolah lima guru.
Mayoritas laporan mencatat secara antara 8: 1 dan 12: 1, dengan rata-rata
nasional untuk sekolah dasar pada tahun 2005 berdiri di 9,1: 1,29 jumlah
komputer yang dapat digunakan dalam dua puluh sekolah SMP yang dikunjungi
berkisar dari 124 di satu sekolah dengan pendaftaran 699 siswa untuk dua puluh
di sekolah dengan pendaftaran 289. The secara bervariasi secara signifikan di
antara dua puluh sekolah tersebut, dari optimum 3,7 : 1 di sekolah komunitas
kecil (kurang dari 399 siswa) menjadi 14,4: 1 di sekolah menengah kecil.
Mayoritas laporan mencatat secara antara 5,2: 1 dan 8,4: 1, dengan rata-rata
nasional untuk sekolah SMP pada tahun 2005 berdiri di 7: 1. Dalam perencanaan
untuk penggunaan TIK di sekolah, lokasi komputer adalah bagian important.30
3.6.1 dan 3.6.2 dari laporan ini memberikan gambaran tentang organisasi
fasilitas tik dalam kasus-studi sekolah yang dikunjungi, serta gambaran dari
masalah yang timbul sebagai hasilnya. Mereka menarik terutama pada informasi
yang diperoleh dari sekolah studi kasus dievaluasi tetapi juga pada tanggapan
terhadap survei nasional kepala sekolah.
1. Fasilitas Tik Di Sekolah Dasar
Fasilitas TIK ditemukan di ruang komputer, ruang kelas,
ruang staf, wilayah administratif, perpustakaan sekolah dan kamar tujuan umum
di sekolah-sekolah studi kasus primer dievaluasi. Tingkat perembesan TIK di
kelas digambarkan oleh inspektur sebagai "di semua kelas" di
twentytwo dari tiga puluh dua sekolah yang dikunjungi, di "mayoritas
kelas" di lima sekolah, di "beberapa kelas" dalam satu sekolah,
dan "tidak ada" di kelas empat sekolah.
a.
Fasilitas
TIK untuk digunakan siswa
Dalam pengumpulan mereka, kepala sekolah melaporkan
bahwa, dari sudut pandang proses belajar mengajar, keuntungan memiliki komputer
di ruang kelas yang tiga:
1)
mudah diakses akses dan fleksibel
2)
lebih mudah mengawasi untuk mereview,
mengontrol dan membantu siswa
3)
perhatian individu can be dikelola dengan
lebih mudah, terutama untuk review khusus kebutuhan siswa.
Komputer di kelas, bagaimanapun, tidak selalu
diselenggarakan secara optimal. Satu laporan sekolah studi kasus berkomentar:
organisasi infrastruktur TIK sekolah, terutama dalam ruang kelas masing-masing,
harus ditinjau untuk mengakomodasi pengembangan lebih lanjut dari kemampuan
menulis siswa melalui proses penulisan, pengembangan keterampilan kolaboratif
melalui kerja proyek dan pengembangan keterampilan penelitian melalui
penggunaan internet.
Masalah tata letak infrastruktur di ruang kelas sekolah
dasar dan bagaimana dampak pada pengajaran dan pembelajaran dieksplorasi secara
lebih rinci dalam bab 5. Dari sekolah studi kasus dievaluasi tampaknya bahwa
sementara ruang komputer mungkin cara yang lebih efisien mengelola komputer di
sekolah itu tidak selalu menjamin akses reguler ke teknologi dengan siswa. Hal
ini juga jelas bahwa ruang komputer kadang-kadang dapat digunakan untuk tujuan
yang berbeda. Ini akan muncul bahwa lokasi komputer di ruang kelas memberikan
kesempatan akses yang lebih besar bagi siswa. Yang menggunakan. Hanya satu
laporan yang dibuat secara eksplisit koneksi broadband bekerja. Sebagian besar
sisanya yang menghubungkan dengan sistem dial-up, sementara dalam beberapa
kasus dilaporkan bahwa tidak ada akses ke internet sama sekali. Dalam laporan
tersebut dinyatakan bahwa sekolah-sekolah yang relevan sedang menunggu koneksi
broadband sebelum kembali membangun koneksi internet. Koneksi internet di
sekolah-sekolah, di mana hal itu ada, tampaknya terbatas pada satu komputer.
Akses ini dibatasi siswa, dengan satu laporan yang menyatakan bahwa "akses
internet secara ketat disediakan untuk staf [anggota] atau untuk kelompok
diawasi dari siswa." kurangnya akses ke internet di kelas dianggap oleh
banyak guru sebagai penghalang untuk keberhasilan integrasi TIK dalam
pengajaran mereka. Sebagai salah satu pemeriksaan laporan menyatakan,
"saat ini belum ada akses internet di salah satu dari lima kelas yang
[yang] staf mengidentifikasi sebagai penghalang untuk pengembangan keterampilan
TIK siswa." sekolah studi kasus umumnya ditemukan memiliki akses terbatas
ke internet. Itu teratur direkomendasikan dalam laporan bahwa sekolah
meningkatkan tingkat akses internet bagi siswa dan guru. Diharapkan,
bagaimanapun, bahwa situasi ini akan membaik dengan pemberian broadband dan
jaringan komputer yang mengambil tempat pada saat kunjungan sekolah.
b.
Fasilitas
TIK dalam pengaturan pendidikan khusus
Fasilitas tik yang terdiri dari setidaknya satu komputer
yang terletak di pengaturan pendidikan khusus di sebagian besar sekolah dasar
studi kasus. Dalam salah satu sekolah alokasi yang sangat baik, dengan dua guru
pendidikan khusus memiliki penggunaan tiga komputer bersama-sama dengan dua
printer dan dua scanner. Dua siswa dengan kebutuhan belajar yang spesifik
memiliki akses ke komputer laptop masing-masing. Sekolah studi kasus teratur
mengakui manfaat yang des hibah harus dalam menyediakan teknologi khusus untuk
kebutuhan pendidikan khusus. Beberapa laporan, misalnya, mencatat bahwa guru
pendidikan khusus memiliki akses ke komputer laptop untuk pekerjaan mereka.
Satu laporan disebut "the learning support dan sumber daya guru yang
memberikan dukungan kepada sekolah secara mengajar bersama" memiliki
laptop untuk digunakan di berbagai sekolah dalam cluster mereka. Dalam laporan
lain tercatat bahwa "ada juga dua laptop yang tersedia yang terutama
digunakan oleh guru yang mendukung siswa dengan kebutuhan belajar
tambahan." diproduksi secara komersial perangkat lunak pendidikan selalu
digunakan untuk memfasilitasi belajar mengajar dalam pengaturan pendidikan
khusus.
c.
TIK
untuk digunakan guru
Lima belas dari tiga puluh dua sekolah dasar studi kasus
memiliki komputer yang tersedia di ruang staf mereka yang terutama untuk
digunakan oleh guru. Jumlah komputer seperti berkisar dari satu sampai lima.
Sementara lebih dari setengah sekolah studi kasus tidak menyediakan komputer di
daerah khusus untuk digunakan guru, diakui bahwa banyak dari mereka sekolah
kecil yang tidak memiliki ruang staf di tempat pertama. Di sekolah-sekolah itu
biasanya melaporkan bahwa guru memiliki penggunaan komputer-komputer yang juga
digunakan oleh siswa (yaitu orang-orang di ruang komputer atau di ruang kelas).
Mayoritas komputer di sekolah-sekolah yang secara khusus ditujukan untuk
penggunaan guru hanya itu laptop. Pembelajaran-dukungan guru / sumber daya
menonjol dalam hal ini. Seperti yang akan terlihat dalam bab 4, personil
manajemen sekolah dan guru secara rutin berbicara tentang bagaimana akses ke
fasilitas tersebut berkontribusi pada peningkatan kualitas perencanaan
pelajaran, persiapan, dan konten.
d.
TIK
dalam administrasi sekolah
Sensus infrastruktur NCTE (2005) menemukan bahwa 95% dari
sekolah dasar yang digunakan komputer untuk penggunaan kantor umum, 60%
menggunakan teknologi untuk menjaga catatan siswa, dan 48% menggunakan komputer
untuk akun bekerja. Dalam evaluasi ini ditemukan bahwa hanya lima belas dari
tiga puluh dua sekolah casestudy mengunjungi dilaporkan membuat penggunaan
komputer dalam pekerjaan administrasi sekolah. Jumlah komputer yang ditujukan
untuk pekerjaan ini biasanya satu atau dua. Dari dua belas sekolah yang
dilaporkan mengabdikan dua komputer untuk pekerjaan ini, salah satu biasanya
dialokasikan untuk sekretaris sekolah, sementara yang lain adalah untuk kepala
sekolah. Sekolah harus sepenuhnya memanfaatkan keuntungan disajikan oleh TIK
dalam administrasi sekolah.
2.
Fasilitas
Tik Di SMP
Sebuah pola umum muncul dari kunjungan yang dilakukan ke
sekolah-sekolah SMP studi kasus tentang bagaimana mereka mengorganisir
fasilitas TIK mereka. Masing-masing dari dua puluh sekolah yang dikunjungi,
misalnya, memiliki setidaknya satu room.31 komputer seperti telah dicatat
(bagian 3.5), di luar ruang komputer sekolah cenderung mengutamakan penyediaan
komputer untuk ruang kelas spesialis dan lokakarya lebih kelas umum. Tingkat
perembesan TIK di ruang dalam kasus-studi sekolah SMP belajar digambarkan oleh
inspektur sebagai "di semua kelas" (baik spesialis dan umum) di dua
sekolah yang dikunjungi. TIK ditemukan telah meresap "mayoritas
kelas" dalam satu sekolah, sementara itu dilaporkan telah meresap
"beberapa kelas" dalam lima belas sekolah. TIK dilaporkan menjadi
"tidak ada" di kelas dua dari dua puluh sekolah yang dikunjungi.
Komputer menonjol di daerah-daerah yang didedikasikan untuk bekerja dengan
siswa dengan kebutuhan pendidikan khusus.
Fasilitas juga disediakan di beberapa sekolah untuk
penggunaan eksklusif dari guru, di kamar staf atau daerah lain seperti di mana
guru dapat melakukan perencanaan dan persiapan kerja. Fasilitas tik juga digunakan
di daerah administrasi sekolah ruang komputer khusus ketentuan dalam jadwal
sekolah SMP 'akomodasi dari ruang komputer khusus, sekarang sering disebut
sebagai multimedia laboratorium belajar, adalah inisiatif yang relatif baru.
Hampir semua laporan sekolah studi kasus
dirujuk ke pengaturan penjadwalan untuk komputerkamar (atau kamar). Sekitar
setengah laporan dihitung waktu yang ruang komputer yang sesuai jadwal; hunian
berkisar antara 30% sampai hampir 90%, dengan rata-rata yang sedikit lebihdari
60%. Di sekolah mana hunian timetabled itu rendah secara umum melaporkan bahwa
in adalah untuk memungkinkan para guru untuk menggunakan ruang dan fasilitas
sebagai kebutuhan yang muncul. Namun, adamenyebutkan teratur selama wawancara
dengan guru yang praktis terlibat dalam mengambil sekelompoksiswa ke ruang
komputer cenderung untuk mencegah mereka dari melakukannya.
Selain itu, beberapa koordinator TIK
berbicara tentang masalah yang cenderung muncul ketika ada penggunaan yang
tidak direncanakan oleh guru dariRuangan sekolah komputer (misalnya masalah
teknis, kerusakan, dan merusak sistem).Untuk guru mata pelajaran untuk
menggunakan lebih dari ruang komputer, pengelola sekolah perlumemastikan bahwa
sistem yang sederhana dan dapat diakses ada untuk pemesanan kamar. sistem
pemesanan seperti melakukantidak ada di banyak kasus-studi sekolah yang
dikunjungi; sekitar seperempat dari semua laporan evaluasidisebut kebutuhan
untuk beberapa bentuk sistem pemesanan untuk dilaksanakan. Hal ini juga penting
bahwaaturan untuk ruang komputer ditetapkan dan bahwa ini secara teratur dibawa
ke perhatiansemua guru dan siswa yang menggunakan ruangan.
a. Fasilitas
TIK di Kantor Staf
Sekolah
yang membuat fasilitas komputer khusus yang tersedia untuk digunakan guru
melaporkan bahwamendorong guru untuk terlibat dengan teknologi dan bahwa hal
itu juga membawa perbaikan dikualitas sumber daya yang digunakan dalam
mengajar. Survei guru (seperti yang disebutkan dalam bagian 3.5) ditemukanyang
85% digunakan komputer di ruang staf untuk kegiatan yang berhubungan dengan
sekolah. Sekolah studi kasus di kunjungi, kira-kira seperempat tersedia satu
atau dua komputer di ruang staf, seperempattersedia antara tiga dan lima
komputer, sementara sekitar lain kuartal tersedia lebihdari sepuluh komputer
untuk penggunaan staf. Dalam beberapa sekolah beberapa atau semua
gurudisediakan dengan laptop mereka sendiri; salah satu sekolah melaporkan
bahwa mereka berniat untuk memperpanjang fasilitas ini untuksiswa. Dalam
beberapa sekolah dilaporkan bahwa guru menggunakan komputer di ruang komputer
untukperencanaan pelajaran dan persiapan tujuan; dan di sekolah-sekolah yang
memiliki komputer di ruang kelas itumelaporkan juga bahwa guru berbasis di
ruang kelas tersebut umumnya digunakan ini untuk perencanaan dantujuan
persiapan.
b. TIK
dalam Administrasi Sekolah
Kebanyakan laporan evaluasi sekolah studi kasus yang dibuat
mengacu pada tingkat peralatan TIK diwilayah administratif. Dalam hal ini
inspektur mencatat penggunaan peralatan TIK di kantor sekretaris sekolah,
personil manajemen sekolah senior dan menengah, dan pembimbingdan pendeta.
Tercatat bahwa komputer digunakan untuk tujuan administratif biasanya
padajaringan yang terpisah dari yang tersedia untuk penggunaan akademis. Sensus
infrastruktur NCTE (2005) menemukan bahwa 59% dari sekolah SMP memiliki
jaringan yang terpisah untuk administrasi sekolah. Ini adalahdianggap praktik
yang baik, karena memberi tingkat keamanan yang lebih tinggi untuk data
sensitif sekolah.Meskipun tidak semua sekolah SMP menggunakan aplikasi komputer
untuk membangun jadwal tahunan mereka, 34semua sekolah studi kasus dikunjungi
ditemukan untuk melakukannya. Memang sebagian besar sekolah studi kasusjuga
ditemukan untuk menggunakan aplikasi yang sesuai untuk menjaga informasi rinci
tentang siswa; yang NCTE sensus infrastruktur (2005) menemukan bahwa 94% dari
sekolah pasca-utama yang digunakan TIK untuk tujuan ini.
Sekolah ditemukan komputerisasi ini catatan siswa untuk menjadi
manfaat khusus ketika penghubungdengan orang tua tentang isu-isu seperti
perilaku, kemajuan akademik, dan kehadiran dan ketepatan waktu, sebagaisekolah
berada di posisi untuk memperoleh informasi yang akurat cepat. Berkenaan dengan
kehadiran danketepatan waktu khususnya, beberapa sekolah yang dikunjungi
dilaksanakan mahasiswa komputerisasisistem absensi, dimana siswa diminta untuk
check-in setiap pagi menggunakan mereka sendirimenggesek kartu. Sementara
sistem tersebut memiliki celah tertentu, sekolah-sekolah ini melaporkan bahwa
sistem memilikipengaruh positif terhadap kehadiran dan ketepatan waktu pola.Selama
wawancara beberapa kepala sekolah berbicara tentang perlunya untuk pelatihan TIK
yang tepat untuk menjadidisediakan untuk personil dalam efisiensi penggunaan
komputer dalam administrasi sekolah. PendidikanLayanan Initiative (ESI) dari
DES harus memperpanjang penggunaan sekolah 'TIK dalam kerja administrasinya
G.
Lingkungan Pembelajaran Online
1.
Program Pembelajaran
Sementara diketahui bahwa beberapa sekolah menggunakan program
mereka sendiri belajar on-line, evaluasi tidak menemukan bukti program seperti
yang digunakan dalam salah satu studi kasus sekolah yang dikunjungi. Pengetahuan
Program merupakan istilah umum yang menggambarkan berbagai sistem TIK yang
digunakan untuk menyediakan dan dukungan belajar dan mengajar. Biasanya
menggabungkan beberapa fungsi, seperti pengorganisasian, pemetaandan
melaksanakan kegiatan kurikulum, serta menyediakan fasilitas bagi para guru dan
siswa untukmemiliki dialog tentang kegiatan ini, semua dengan cara TIK. Istilah
ini kadang-kadang digunakan untuk virtuallingkungan belajar (VLE) 41 atau
komponen lingkungan belajar yang dikelola (MLE) .42program pembelajaran
memberikan setiap akses siswa untuk pribadi ruang web on-line, di mana mereka
dapat melakukan sepertihal sebagai toko kerja dan mencatat prestasi mereka. Mereka
juga memberikan setiap guru akses ke pengajaransumber daya dan alat untuk
mendukung perencanaan pelajaran dan pengajaran dan pembelajaran. Mereka juga
memfasilitasi"Belajar pribadi" dengan memungkinkan guru untuk
menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan individusiswa. Pengalaman dari program
pembelajaran dapat bervariasi dari sekolah ke sekolah. Namun, di manaada tekad
yang kuat untuk menanamkan program dalam praktek kerja sekolah, makamanfaat
bagi guru, siswa dan orang tua dapat mengesankan. Program pembelajaran yang
efektif dapatjuga mendukung manajemen sekolah dan administrasi.
a. Manfaat
program pembelajaran bagi guru
Program
pembelajaran yang efektif dapat memungkinkan guru untuk
1) membuat
dan membagi materi ajar yang bisa diakses on line, dicetak, atau digunakan
denganpapan tulis interaktif atau proyektor data
2) menempatkan
sumber daya mereka pada halaman baris demi halaman, rencana pelajaran oleh
rencana pelajaran, sehingga rekan-rekan bisamengaksesnya baik di sekolah dan
dari rumah, sehingga memfasilitasi kolaborasi dalam subjek mereka daerah
3) memperoleh
akses ke berbagai bahan belajar yang mereka dapat menyesuaikan untuk kebutuhan
yang tepatsiswanya
4) memperoleh
akses ke rencana pelajaran dari rekan-rekan untuk memfasilitasi penutup untuk
substitusi guru
5) menilai,
memonitor dan melacak kemajuan individu dan kelompok
6) menerima
kiriman karya dari siswa di satu daerah yang mudah untuk mengelola
7) mengelola,
dalam ruang pribadi desktop jadwal mereka, buku harian, e-mail, dan diskusi
8) meningkatkan
kompetensi TIK mereka dan kepercayaan diri.
b. Manfaat
program pembelajaran bagi siswa
Program pembelajaran yang efektif dapat
memungkinkan siswa untuk
1) memperoleh
akses ke materi pembelajaran yang dibuat oleh guru dan lain-lain, waktu
pelajaran di luar dandari lokasi seperti perpustakaan setempat atau rumah
2) menyimpan
pekerjaan dan catatan mereka pada baris untuk digunakan dalam tugas, pekerjaan
rumah dan revisi, luarjam sekolah biasa
3) bekerja
pada kecepatan mereka sendiri dan dengan pilihan yang lebih luas dari gaya belajar,
melalui lebih persona lkurikulum
4) membuat
portofolio online, termasuk foto-foto digital dan video dari kinerja, serta teks
5) meningkatkan
keterampilan TIK dan manajemen on-line bahan
6) menyerahkan
pekerjaan rumah dan tugas untuk menandai dan penilaian
7) berkomunikasi
melalui e-mail dan berpartisipasi dalam diskusi hidup dan forum dengan siswa
lain dandengan guru.
c.
Manfaat
program pembelajaran bagi orang tu
Program pembelajaran yang
efektif dapat memungkinkan orang tua untuk
1) memainkan
bagian besar dalam pembelajaran anak mereka, di mana mereka memiliki akses ke program
belajar dari rumah
2) anak
dukungan dalam pembelajaran yang terjadi di luar sekolah
3) memperoleh
akses ke website pribadi anak mereka untuk melacak pekerjaan mereka dan
kurikulummelihat laporan, data absensi, dan skor di kegiatan penilaian
4) berkomunikasi
secara efektif dengan guru, administrator sekolah dan lain-lain yang mendukung
anak mereka pengetahuan
5) terlibat
dengan masalah sekolah yang lebih luas melalui alat komunikasi on-line
6) menjadi
mitra aktif dengan sekolah.
d.
Manfaat
program pembelajaran untuk administrasi dan manajemen
Program pembelajaran yang efektif dapat
1) menyediakan
up-to-date informasi manajemen pada kehadiran dan pencapaian
2) melacak
kemajuan individu dan kelompok siswa
3) menyusun
penilaian sumatif dan formatif
4) mengurangi
beban administrasi pada guru dengan menggunakan data ditransfer
5) memungkinkan
komunikasi di sekolah dan di luar, satu untuk satu, satu ke banyak, atau banyak
ke banyak
6) Peningkatan
komunikasi dengan orang tua.
e.Web sekolah
Sekolah dengan situs web mereka sendiri menganggapnya
sebagai sarana informasi kepada masyarakat tentang sekolah mereka dan sebagai
cara untuk mempromosikan pekerjaan yang dilakukan di sekolah mereka. Beberapa
situs web berisi informasi tentang inisiatif dan proyek-proyek yang sekolah
terlibat dalam, serta contoh hasil karya siswa. Survei nasional guru meminta
responden untuk menyatakan apakah sekolah mereka memiliki sebuah situs web dan,
jika demikian, apakah ada contoh karya siswa ditampilkan di atasnya. Ara. 3,9
dan Ara. 3.10 memberikan rincian tanggapan yang diterima dari guru SD dan SMP,
masing-masing. Sekitar 39% dari guru sekolah dasar menyatakan bahwa sekolah
mereka memiliki sebuah situs web, dan ini sekitar sepertiga (32%) menyatakan
bahwa situs mereka berisi referensi, atau rincian, kerja yang dilakukan oleh
siswa. Proporsi yang lebih tinggi dari guru kelas senior yang menyatakan bahwa
situs web mereka yang terkandung referensi untuk pekerjaan yang dilakukan oleh
murid-murid mereka (41% dari guru kelas senior, dibandingkan dengan 29% dari
guru kelas junior). Survei dari siswa kelas kelima menemukan bahwa 41% tidak
tahu apakah sekolah mereka memiliki sebuah situs web (Meskipun sekitar
seperempat dari siswa ini berada di sekolah yang memiliki satu). dari mereka yang
menyadari (37%), hanya 20% mengatakan bahwa pekerjaan mereka telah muncul di
situs. A jauh lebih tinggi proporsi anak perempuan (32%) menyatakan bahwa
pekerjaan mereka telah muncul di situs web sekolah mereka daripada anak
laki-laki (11%).
Hampir
tiga perempat (73%) dari semua guru SMP menyatakan bahwa sekolah mereka
memiliki situs web. Dari mereka yang melakukan, namun hanya 20% melaporkan
bahwa situs mereka berisi referensi ke, atau rincian dari, pekerjaan proyek
atau pekerjaan lain yang dilakukan oleh siswa. Sebuah pola yang sama dari
temuan muncul dari survei mahasiswa tahun kelima. Sekitar 30% dari siswa tidak
tahu apakah sekolah mereka memiliki sebuah situs web (kira-kira setengah dari
siswa tersebut berada di sekolah yang memang memiliki situs web). Dari mereka
yang sadar bahwa sekolah mereka memiliki sebuah situs web, hanya 36% yang
memiliki kesempatan untuk berkontribusi untuk itu.
Sementara kesadaran tentang isu-isu
keamanan yang terkait dengan internet harus diingat, temuan ini mengecewakan.
Pertama, sebagian besar sekolah tidak memiliki situs web mereka sendiri. Kedua,
porsi yang cukup besar dari sekolah-sekolah yang memiliki situs web tampaknya
tidak aktif mempromosikannya. Akhirnya, beberapa sekolah yang memilih, baik
sadar atau tidak sadar, tidak untuk mempresentasikan karya siswa atau pekerjaan
lain yang dilakukan di sekolah mereka. Ini mengejutkan di zaman ketika banyak
orang secara otomatis resor untuk internet ketika mencari informasi tentang
sekolah-sekolah.
Sementara banyak laporan evaluasi
sekolah studi kasus dimaksud keinginan dari sekolah baik membangun situs web
sendiri atau mengembangkan penggunaan situs yang ada, itu juga jelas bahwa,
dari sekolah-sekolah yang sudah memiliki satu, banyak kesulitan yang berpengalaman
di kedua mengembangkan dan mempertahankan situs. Kesulitan yang dihadapi di
tingkat primer dan SMP termasuk kurangnya keahlian teknis di antara anggota
staf. Pada tingkat SMP itu biasanya koordinator TIK yang bertanggung jawab
untuk menjaga situs, dan bagi mereka koordinator yang tidak ahli TIK tugas ini
terbukti sulit dan kadang-kadang bahkan frustasi. Bahkan mereka koordinator
yang nyaman dengan pengembangan situs web dilaporkan kesulitan dalam menemukan
waktu untuk mencurahkan untuk pekerjaan tersebut. Dalam beberapa sekolah
ditemukan bahwa beberapa siswa senior yang bertanggung jawab untuk menyiapkan
dan memelihara situs. Di sekolah-sekolah itu melaporkan bahwa ini mendorong
siswa secara umum untuk berkontribusi ke situs. masalah keamanan dengan
internet juga terbukti masalah, terutama di tingkat dasar.
H.
Peran guru
TIK
Selain bertanggung jawab pada berlangsungnya suasana pembelajaran di ruang
computer, guru TIK juga menjadi tempat bertanya dari guru kelas serta pihak
yang berkepentingan dalam bidang TIK disekolah. Guru TIK selayaknya mempunyai
jam khusus setelah pulang sekolah secara rutin untuk melatih keterampilan serta
menjadi teman dialog untuk semua guru kelas. Bersama guru kelas, dan berbekal
kurikulum TIK yang dibuat bersama-sama guru lain disekolah, guru TIK bertugas
merancang kira-kira hal apa dalam TIK yang bisa membuat siswa menjadi terbantu
belajarnya. Tugas apa yang bisa diberikan dalam kaitannya dengan pembelajaran
dikelas den demikian menjadikan pembelajaran dikelas menjadi aktif, kreatif,
dan menyenangkan.
Secara rutin guru TIK juga mengirim karya siswa sebagai portfolio untuk
menunjukan kepada orang tua siswa mengenai hal apa yang siswa pelajari
disekolah. Jangan lupa saat mengajar guru TIK memberikan semangat serta dorongan
agar siswa tidak takut untuk salah, mau mencoba serta percaya diri. Siswa
secara terus menerus didorong untuk menggunakan TIK dalam kaitannya dengan
higher order thinking (menganalisa, menciptakan dan mengevaluasi)
Guru TIK mempunyai tanggung jawab dalam membekali siswa dengan
keterampilan:
1. Komputer
dasar
2. Pengolah kata
3. Database dan spreadsheet
4. Internet dan
email
5. Multimedia
6. Etika
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
pemaparan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa: Pembelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) khususnya pada SD dan SMP sangatlah penting,
agar siswa dapat menyalurkan bakat serta minatnya pada jenjang berikutnya.
Pembelajaran TIK dapat terlaksana dengan maksimal dengan adanya dukungan baik
dari guru, orang tua siswa serta peran serta komite sekolah.
B.
Saran
Bagi
sekolah-sekolah yang belum dapat melaksanakan pembelajaran TIK secara maksimal
diharapkan ke depan dapat berupaya lebih giat lagi dengan cara
meningkatkan kerjasama khususnya dengan komite sekolah. Bagi sekolah yang
telah melaksanakan pembelajaran TIK agar dapat memenuhi tuntutan dunia
pendidikan pada saat ini dengan berpedoman pada ketentuan yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
ICT in Schools : Inspectorate Evaluation Studies, (Brunswick Press, Dublin), 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar